Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Dirut BPJS Kesehatan Pastikan Penyakit Demam Berdarah Dengue Dijamin Program JKN

Ghufron menegaskan, kehadiran BPJS Kesehatan melalui Program JKN turut memberikan penjaminan terhadap pelayanan kasus demam berdarah dengue. Merujuk t

Editor: Anniza Kemala
zoom-in Dirut BPJS Kesehatan Pastikan Penyakit Demam Berdarah Dengue Dijamin Program JKN
istimewa
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti saat memberikan sambutan pada Seminar Peran dan Kontribusi BPJS Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan dan Perawatan Dengue, Rabu (17/01). 

TRIBUNNEWS.COM - Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sepanjang tahun 2022 terdapat 143.184 kasus demam berdarah dengue. Jumlah tersebut kian meningkat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Hal tersebut diungkap Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti saat memberikan sambutan pada Seminar Peran dan Kontribusi BPJS Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan dan Perawatan Dengue, Rabu (17/01).

"Jika melihat angka kasus DBD di tahun 2022, Jumlah tersebut melonjak 94,8 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selaras dengan hal terebut jumlah kematian akibat dengue sepanjang tahun 2022 juga mencapai 1.236 kasus, jumlah tersebut melonjak 75,32 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini yang menjadi perhatian kita semua, bagaimana semua bersinergi untuk menurunkan angka kematian akibat DBD," kata Ghufron.

Ghufron menegaskan, kehadiran BPJS Kesehatan melalui Program JKN turut memberikan penjaminan terhadap pelayanan kasus demam berdarah dengue. Merujuk tren kasus DBD di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) dari tahun 2021 ke 2022 meningkat dari 365.088 kasus menjadi 788.652 kasus.

Baca juga: Pemerintah Targetkan Nol Kematian Akibat DBD di 2030, Sebanyak 19 Ribu Vaksin Dengue Dibagikan

Ia menegaskan, kasus DBD di Indonesia paling banyak terjadi pada bayi hingga anak-anak di usia 0 sampai dengan 14 tahun. Menurutnya, hal ini menjadi tantangan untuk penguatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terkait dengan pemenuhan sarana prasaran serta kompetensi dalam memberikan pelayanan DBD.

"Kami berharap, adanya kolaborasi multisektoral yang kuat dalam pencegahan dan penanganan kasus Dengue sesuai Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021 – 2025 dapat terlaksana dengan baik, sehingga kasus dan kematian akibat DBD khususnya pada bayi dan anak dapat menurun kedepannya," jelas Ghufron.

Pada kesempatan tersebut, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dante Saksono Harbuwono mengakui bahwa kasus demam berdarah dengue masih menjadi permasalahan di Indonesia. Menurutnya, untuk menanggulangi kasus tersebut, dibutuhkan keterlibatan lintas sektoral untuk menguatkan upaya promotif preventif dalam pengendalian kasus DBD.

BERITA REKOMENDASI

"Upaya penanggulangan sudah banyak dilakukan, seperti larvasida, fogging, pembagian kelambu hingga Program Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Namun dengan kian meningkatnya kasus dengue, harus ada upaya tambahan yang lebih advance dan sedini mungkin untuk mengatasi kasus DBD di masa yang akan datang," jelas Dante.

Dante mengungkapkan, Indonesia telah menetapkan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021 – 2025 dengan target 0 kematian akibat dengue pada tahun 2030. Pertama, adanya penguatan manajemen vektor yang efektif, aman dan berkesinambungan. Kedua, melakukan peningkatan akses dan mutu tata laksana dengue.

Baca juga: Tingkatkan Mutu Layanan JKN, BPJS Kesehatan Dukung Pengembangan Kompetensi Dokter

Strategi selanjutnya yaitu penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen kejadian luar biasa yang responsive, peningkatan keterlibatan masyarakat yang berkesinambungan, penguatan komitmen pemerintah, kebijakan manajemen program dan kemitraan dan melakukan pengembangan kajian invensi, inovasi dan riset sebagai dasar kebijakan dan manajemen program berbasis bukti.

Ketua FNM Society, Nila F Moeloek mengatakan upaya pencegahan dan pengendalian terhadap kasus demam berdarah dengue bergantung kepada pengendalian sektor dan pemberdayaan masyarakat melalui gerakan 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) serta penggunaan obat pembunuh jentik nyamuk (Abate) yang dinilai efektif dalam menurunkan populasi nyamuk.

"Upaya pengendalian tersebut juga bergantung kepada pengetahuan masyarakat terhadap pengendalian serta pencegahan terhadap kasus dengue. Kemudian, harus ada upaya inovatif untuk melakukan pencegahan kasus dengue," kata Nila.


Dirinya berharap, dengan dilakukannya kegiatan ini bisa membuka wawasan masyarakat terhadap upaya pencegahan dan pengendalian terhadap kasus demam berdarah dengue sehingga seluruh pihak bisa bersama-sama berkontribusi dalam menekan angka kasus DBD dan angka kematian karena DBD.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas