Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Tertinggi Kedua di Dunia, Penemuan Kasus TBC di Indonesia Harus Dipercepat

Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah beban kasus TB terbanyak di dunia setelah India dan diikuti oleh China.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Tertinggi Kedua di Dunia, Penemuan Kasus TBC di Indonesia Harus Dipercepat
Tribunnews.com/Rina Ayu
Diskusi edukasi "Menjelang 6 Tahun Target Eliminasi TBC, Indonesia Berkomitmen Perkuat Inovasi & Kemitraan" yang diselenggarakan Stop TB Partnership Indonesia (STPI), di Griya Arifin Panigoro, Jakarta, Senin (25/3/2024). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Berdasarkan Global TB (tuberkulosis) Report tahun 2023 Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah beban kasus TB terbanyak di dunia setelah India dan diikuti oleh China.

Jumlah kasus TB di Indonesia diperkirakan sebanyak 1.060.000 kasus dan terdapat 134.000 kematian akibat TB per tahunnya.

Artinya 17 orang yang meninggal akibat TC setiap jamnya.

Kondisi ini bukan tanpa sebab. Ketua Pengurus Yayasan Stop TB Partnership Indonesia, dr. Nurul N. Luntungan menerangkan, sebelum Covid-19 atau sebelum 2022, penemuan orang dengan TBC diperkirakan hanya 30 persen lebih.

Sehingga penularan Covid-19 terjadi terus-menerus.

Sementara penemuan orang dengan TBC harus cepat dilakukan.

Berita Rekomendasi

"Sebanyak-banyak itu dengan target 90 persen ditemukan, diobati supaya dia gak jadi agen penularan," jelas dia dalam diskusi edukasi "Menjelang 6 Tahun Target Eliminasi TBC, Indonesia Berkomitmen Perkuat Inovasi & Kemitraan" di Griya Arifin Panigoro, Jakarta, Senin (25/3/2024).

Secara global, lebih dari 10 juta orang di dunia terjangkit penyakit TB setiap tahunnya. Ada tiga puluh negara dengan beban TB tinggi, termasuk Indonesia (10 persen).

"Tidak dapat dipungkiri bahwa mengatasi tuberkulosis memerlukan upaya keras dan kesabaran yang besar, namun hasilnya adalah kesembuhan yang sangat berharga," kata dr Nurul.

Selain membutuhkan bantuan obat-obatan dan pengawasan yang ketat, penderita TBC juga harus mendapatkan dukungan secara moril dari kerabat terdekatnya.

Peneliti TBC Indonesia dr. Ahmad Fuady, M.Sc., Ph.D menambahkan bahwa, tidak ada seorang pun yang menginginkan sakit, dan perlu diakui bahwa individu yang mengidap tuberkulosis adalah bagian dari masyarakat. 

Oleh karena itu, penting untuk memperkuat aspek pencegahan penyakit guna mengurangi risiko terkena penyakit tersebut.

"Namun ketika sudah terjadi, kolaborasi dalam proses penyembuhan menjadi kunci penting," ujar Fuady.

Perwakilan Kementrian Kesehatan RI Dr Tiffany Tiara Pakasi, MA menyatakan, pihaknya bersama pihak swasta dan lainnya terus berupaya menekan angka tuberkulosis di Indonesia. 

Salah satunya yang dilakukan Stop TB Partnership Indonesia (STPI), sebuah organisasi yang berkomitmen dalam upaya penanggulangan TBC di Indonesia.

Baca juga: AS Danai Terapi Pencegahan TBC di Indonesia Senilai Rp 23 Miliar 

"Semoga di masa pemerintahan yang baru, kita dapat mempertahankan prestasi ini dan terus berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan masyarakat," harap dr Tiffany.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas