Orang Tua Perlu Tahu Dampak Pola Asuh 'Strict Parents' pada Anak
Strict parenting adalah pola asuh dengan cara memberi banyak batasan dan aturan pada anak.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagian besar orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk sang buah hati. sehingga beragam cara pun dilakukan. Salah satunya dengan menerapkan pola asuh strict parents.
Strict parenting adalah pola asuh otoriter dengan cara memberi banyak batasan dan aturan pada anak. Sebagian orang tua percaya, jika menerapkan aturan yang ketat, maka bisa berdampak baik pada anak di masa depannya.
Namun, sepertinya orang tua perlu berhati-hati dengan pola asuh ini. Karena tidak semua pola asuh yang ketat memberikan dampak positif pada anak.
Hal ini diungkapkan oleh psikolog sekaligus psikoterapis Anna Surti Ariani, S.Psi.,M.Si. Salah satu pola asuh yang membatasi anak secara berlebihan ternyata bisa memengaruhi tingkat kepercayaan diri anak dan remaja.
"Pemberian hukuman atau pembatasan berlebihan pada anak cenderung membuat remaja jadi tidak terlalu percaya diri. Dia merasa bahwa dirinya adalah orang buruk, sampai harus dihukum, dibatasi dan tidak dipercaya oleh orang tua," ungkapnya pada Talkshow kesehatan virtual yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Senin (7/10/2024).
Situasi ini juga membuat remaja sulit percaya pada orang lain, sehingga dalam proses dia bekerja atau belajar, anak jadi tidak bisa mengeluarkan sisi-sisi optimal dari dirinya.
"Karena buat dia, ah udahlah emang saya orang yang jelek (makanya) saya dihukum, biasa saya diomelin, dan sebagainya" sambungannya.
Tidak heran, nilai-nilai akademisi anak pun juga jadi ikut tidak baik. Kondisi ini terjadi dari bangku sekolah hingga perkuliahan.
Baca juga: Lestari Moerdijat: Pola Asuh Anak yang Baik Wujudkan SDM Indonesia Sehat dan Berdaya Saing
"Kemudian kadang-kadang juga berdampak pada proses mendapatkan kerjaan, hasil dan lain sebagainya. Sehingga jadi tidak optimal," lanjut Anna.
Selain itu, pola asuh yang terlalu membatasi anak juga dapat meninggalkan trauma yang berdampak pada perkembangan sosial dan emosionalnya.
Baca juga: Dihujat karena Pola Asuh Anak, Shandy Aulia: Setiap Ibu Ingin yang Terbaik
Anak bisa tumbuh menjadi orang yang lebih mudah marah atau melakukan hal-hal buruk.
"Jadi memang akhirnya banyak sekali dampak. Sehingga yang paling disarankan memang bentuk parenting atau pengasuhan yang moderat," imbuhnya.
Orang Tua Harus Bis Jadi Sahabat Anak
Pengasuhan moderat, lanjut anak menyeimbangkan peran orang tua, sekaligus sahabat bagi anak. Ketika menjadi orang tua, maka bisa memonitor dan mengawasi anak.
Di sisi lain, sebagai sahabat anak, orang tua bisa menjadi kawan diskusi untuk bertukar pikiran. Sehingga remaja merasa didengarkan dan dipahami.
Anak paham kenapa dia harus dibatasi. Selain itu, anak juga punya motivasi untuk mengikuti batasan tersebut.
"Sesungguhnya orang tua akan merasa lebih aman melepas remajanya. Dan remajanya juga akan tahu, saya dipercaya orang tua saya. Jadi harus menjaga kepercayaan nah," tutupnya.