Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Kapan Waktu yang Tepat untuk Skrining Mata pada Anak? Berikut Penjelasan Dokter

Masalah mata pada anak seperti mata juling, mata berair, ptosis, dan penglihatan kabur harus diperhatikan.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Kapan Waktu yang Tepat untuk Skrining Mata pada Anak? Berikut Penjelasan Dokter
Istimewa
ILUSTRASI Anak-anak menggunakan kacamata 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Masalah mata pada anak seperti mata juling, mata berair, ptosis, dan penglihatan kabur harus diperhatikan.

Jika tidak, dikhawatirkan menimbulkan mata malas atau amblyopia yang bisa mengancam kehilangan penglihatan atau kebutaan saat dewasa.

Baca juga: 16 Manfaat Daun Sirih Hijau Untuk Kesehatan Mata, Kulit, dan Mulut

Ambliopia sering disebabkan oleh kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, strabismus atau mata juling, serta kelainan di dalam mata seperti katarak. Riwayat medis seperti kelahiran prematur, perkembangan terlambat, dan diabetes juga dapat meningkatkan risiko ambliopia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid berharap, dalam rangka Hari Kesehatan Mata, pihaknya ingin mengingatkan kepada masyarakat, terutama untuk melakukan deteksi lebih dini pada anak-anak.

Misalnya perkuat guru-guru di sekolah agar dapat memperhatikan anak didiknya.

Baca juga: Ketahui Gejala Awal Tumor Kelopak Mata dan Dampaknya Bagi Penglihatan

“Saat anak didik duduk pada jarak tertentu tapi tidak bisa baca, ini harus segera dikonsultasikan," ucap dr. Nadia dalam konferensi pers Hari Penglihatan Sedunia beberapa waktu lalu.

BERITA REKOMENDASI

Berikut adalah skrining untuk mata yang bisa dilakukan sejak bayi lahir seperti yang disampaikan Dokter Spesialis Mata RS Mata Cicendo Dr. dr. Feti Karfiati Memed, SpM(K), MKes.

Skrining pada bayi baru lahir sebaiknya dilakukan pada usia sekitar 35 bulan, atau usia 0 hingga 2 tahun, untuk mengetahui riwayat kesehatan, termasuk masalah mata pada keluarga.

"Kemudian, cek penglihatan pergerakan mata atau adanya nistagmus, jadi matanya tidak diam, dia bergerak terus, kemudian bagaimana posisi bola mata apakah ada juling, dan refleks pada kornea serta cover tes untuk melihat ada juling atau tidak," tutur dr. Feti.

Skrining berikutnya dilakukan pada usia 36 hingga 47 bulan, atau sekitar 3 hingga 4 tahun.

Pada usia ini, anak seharusnya mampu mengukur ketajaman penglihatannya dan dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pada baris 20/50 di masing-masing mata.

Pemeriksaan dilakukan pada jarak 10 kaki (feet) atau 3 meter, dan mata yang tidak diperiksa harus tertutup dengan benar.

Skrining selanjutnya dilakukan ketika anak berusia di atas 60 bulan atau 5 tahun. Anak diharapkan dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pada baris 20/30 di setiap mata, dan skrining ulang dianjurkan setiap tahun.

Ketika anak mengalami ambliopia maka harus dilakukan terapi untuk mencegah hilangnya penglihatan secara permanen.

Penyebab paling umum dari hilangnya penglihatan pada orang dewasa usia 20 hingga 70 tahun adalah ambliopia yang tidak diobati dengan baik pada masa anak-anak.

Pemeriksaan penglihatan pada usia sekolah sebetulnya bisa jadi terlambat karena ambliopia mulai sulit disembuhkan setelah usia 5 tahun. Selain itu, kehilangan penglihatan permanen dapat mulai terjadi jika terapi dilakukan setelah usia 8 hingga 10 tahun.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas