Lima Saran Tanggulangi Tuberkulosis dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Penanganan tuberkulosis harus jadi salah satu prioritas nasional, perlu komitmen politik, komitmen kebijakan dan komitmen anggaran.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyambut baik dan mendukung bahwa pengendalian penyakit tuberkulosis alias TB akan jadi salah satu prioritas pemerintah mendatang.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini menitipkan pesan kepada pemerintahan baru dalam pengendalin TB di Indonesia.
"Saya tentu sangat mendukung kalau pemerintah baru akan memberi prioritas penting bagi pengendalian TB," ujar Prof Tjandra.
Setidaknya ada 5 pekerjaan yang perlu dilakukan presiden Prabowo Subianto dan Gibran dalam upaya memerangi TB di tanah air.
Pertama, TB perlu jadi salah satu prioritas nasional. Artinya ada komitmen politik, komitmen kebijakan (lintas sektor) dan komitmen anggaran.
Kedua, deteksi menjadi hal amat penting.
Deteksi kasus penyakit TB, mereka yang jelas sudah sakit, deteksi kontak yang mungkin sudah tertular, dan ketiga deteksi TB laten, yaitu mereka yang sudah pernah kemasukan kuman TB tapi tidak/belum sakit.
Ketiga, penemuan kasus harus berjalan bersama dengan pengobatannya.
Tentu tidaklah bermanfaat kalau kasus hanya ditemukan tapi tidak diobati dan ditangani secara tuntas.
Pengobatannya ada beberapa macam, seperti OAT (obat anti TB) untuk kasus sensitif, OAT untuk yang resisten (baik mono resisten, MDR, XDR atau TDR)
Ke empat, berbagai penyakit dan masalah kesehatan yang mungkin berhubungan dengan TB perlu ditangani juga.
Baca juga: Stigmatisasi Masih Jadi Tantangan Eliminasi Tuberkulosis di Surabaya
Hal ini bukan hanya akan memperbaiki masalah TB tetapi juga mengendalikan berbagai masalah kesehatan itu, termasuk HIV/AIDS, Diabetes Melitus, kebiasaan merokok dan lain-lain.
"Rencana skrining TB di masyarakat juga akan punya dampak positif bagi skrining berbagai masalah kesehatan paru lainnya," ungkap Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.
Terakhir, cukup banyak aspek "social determinant of health" yang berpengaruh pada TB, mulai dari asupan gizi, rumah sehat, stigma dan pekerjaan, kemudahan mendapat akses pelayanan kesehatan.
Baca juga: 35 Persen Penderita Tuberkulosis Usia Produktif, Penanggulangan di Tempat Kerja Penting
Sebelumnya anggota tim gugus tugas sinkronisasi pemerinahan Prabowo, Hasan Nasbi menyatakan, pemerintahan baru merencanakan pemeriksaan kesehatan gratis pada tahun depan atau 2025, dimana salah satu prioritasnya adalah mengendalikan TB.
"Ada potensi TBC atau penyakit katastropik atau mungkin orang-orang dengan usia yang di atas 50 tahun yang jadi prioritas. Jadi targetnya 52 juta orang ini juga medical check up ditanggung pemerintah pada 2025," ujar anggota tim gugus tugas sinkronisasi Prabowo-Gibran ini.