Deteksi Dini Pneumonia Pada Anak, Perhatikan Kecepatan Napasnya, Ini Teknik Menghitungnya
Berikut adalah teknik menghitung napas cepat menurut badan kesehatan dunia atau WHO untuk deteksi dini bayi atau anak jika terkena pneumonia.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pneumonia menjadi salah satu penyakit pernapasan paling mematikan di dunia terutama bagi anak-anak.
Di dunia kini, setiap 20 detik 1 dari 6 orang anak meninggal dunia karena pneumonia.
Baca juga: Tak Hanya Pada Anak-anak, Pneumonia Juga Menyerang Orang Dewasa, Ini Usia Paling Berisiko
Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) , Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), menjelaskan, gejala pneumonia berupa demam, napas cepat dan tarikan dinding dada serta batuk.
Berikut adalah teknik menghitung napas cepat menurut badan kesehatan dunia atau WHO untuk deteksi dini bayi atau anak jika terkena pneumonia.
Napas anak yang dikatakan apabila frekuensi napas anak lebih atau sama dengan 60 kali permenit pada anak berusia < 2>
Baca juga: Waspada Bahaya Pneumonia pada Anak, Lakukan 3 Langkah Pencegahan Ini Bun!
“Kalau menghitung nafas cepat tidak bisa potong kompas, karena nafas itu fluktuatif. Ada yang nama periodic breathing (napas periodic). Kita harus hitung satu menit dan itu tergantung usia. Jadi harus diperhatikan betul napas anak,” ujar dia dalam acara peringatan Pneumonia di Jakarta, Senin (18/11/2024).
Selain memperhatikan napas anak, deteksi yang bisa dilakukan orangtua selain napas cepat anak adalah tarikan dinding dada ke dalam.
Ia mengatakan, gejala pneumonia pada anak dapat dideteksi dan dapat dicegah.
Menjaga perilaku hidup bersih dan sehat serta konsumsi makanan bernutrisi, sehat dan seimbang termasuk ASI eksklusif. Selain itu, imunisasi juga tak kalah penting untuk dilakukan sebagai langkah utama dalam mencegah pneumonia pada anak.
“Dengan imunisasi yang lengkap, anak akan terhindar dari penyakit pneumonia, maupun penyakit yang berbahaya lain, seperti radang selaput otak dan radang telinga atau otitis yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus. Imunisasi pneumokokus yg lengkap dapat menekan angka prevalensi pneumonia pada anak-anak; yang penting untuk mewujudkan generasi penerus yang sehat pada momentum Indonesia Emas 2045,” lanjut dr. Hartono Gunardi.