Soal Kanjuruhan, Yandri Susanto: Ada Gotong Royong dan Kesetiakawanan Dihati Bangsa Indonesia
Wakil Ketua MPR Yandri Susanto mengapresiasi kerja keras yang dilakukan Kementerian Sosial menangani korban kerusuhan Stadion Kanjuruhan Malang
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua MPR RI H. Yandri Susanto, S.Pt mengapresiasi kerja keras yang dilakukan Kementerian Sosial menangani korban kerusuhan Stadion Kanjuruhan Malang, (1/10/2022). Bukti kerja keras yang dilakukan Kemensos adalah gerak cepat Menteri Sosial Tri Rismaharini yang langsung datang ke Malang, begitu mendengar kerusuhan itu terjadi. Kemensos juga sangat cepat membuka posko pengaduan yang saat itu sangat dibutuhkan oleh keluarga korban yang terdampak kerusuhan Kanjuruhan.
"Kemensos juga tanggap dan cepat memberikan santunan kepada korban dan ahli waris keluarga terdampak kerusuhan Kanjuruhan. Dan itu mambuat keresahan serta kekhawatiran sebagian anggota keluarga korban sedikit teratasi," kata Yandri Susanto menambahkan.
Pernyataan itu disampaikan Yandri, di tengah kesibukan mengikuti Kompetisi Bola Basket Imonoke Cup Tahun 2022, menanggapi penanganan Kemensos setelah genap 42 hari, pasca kerusuhan Kanjuruhan. Imonoke Cup sendiri merupakan Kompetisi Bola Basket SMA dan Sederajat se-Malang Raya. Acara tersebut berlangsung di GOR Universitas Negeri Malang, Sabtu (12/11/2022).
Balajar dari pengalaman Kanjuruhan, menurut Yandri antisipasi penanganan kerusuhan pada acara-acara yang mengundang kerumunan masa harus selalu dipersiapkan. Agar kerusuhan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa tidak boleh terulang lagi. Apalagi mencapai 135 korban meninggal seperti pada kasus Kanjuruhan.
"Kanjuruhan harus menjadi kasus terakhir, tidak boleh terulang lagi. Saya sangat merasakan duka yang dalam, seperti warga bangsa Indonesia lainnya. Karena itu apapun kerumunannya, harus dipastikan ada antisipasi yang dipersiapkan jika sewaktu-waktu terjadi kerusuhan," tambah Yandri.
Antisipasi menurut Yandri juga harus dilakukan selama masa kampanye pileg dan pilpres jelang pemilu 2024. Karena kegiatan kampanye, identik dengan acara musik, dan berpotensi menyulut kerusuhan. Karena itu agar terhindar dari keributan, pada pileg dan pilpres nanti para calon perlu memikirkan model kampanye lain, tanpa melibatkan kerumunan. Seperti melalui medsos maupun daring.
Meski kasus Kanjuruhan menimbulkan luka mendalam, bagi Yandri peristiwa tersebut juga meninggalkan satu khikmah yang tidak bisa dianggap remeh. Yaitu, munculnya rasa empati dan kesetiakawanan yang sangat besar. Bukan hanya dari masyarkat pecinta bola dan warga Malang semata. Tetapi juga dari masyarakat umum, dan dari seluruh bangsa Indonesia.
"Kita masih memiliki semangat gotong royong. Buktinya, di mana mana ditemukan aksi penggalangan dana untuk membantu para korban. Sayangnya aksi-aksi penggalangan dana, itu juga kerap disalah gunakan oleh oknum tertentu, yang hendak mencari keuntungan sendiri," pungkas Yandri.