Bukan Gelombang, Mualim 1 KM Kelud Ini Sebut Homesick Jadi Tantangan Pelaut
Ardhian Mukti Aji yang merupakan perwira mualim 1 di kapal KM Kelud saat ini bertugas mengangkut para pemudik dari pelabuhan Tanjung Priok.
Editor: Content Writer
Di sisi lain, Aji mencoba meluruskan sudut pandang publik yang kerap menyebut pelaut identik dengan kata 'nakal'.
Menurutnya, saat ini kondisi telah jauh berubah. Opini tersebut ia yakini terjadi di pelaut-pelaut era dulu. Pasalnya untuk saat ini, pelaut sudah mendapat kemudahan, ada akses telepon, sinyal, cuti dan lainnya.
"Semakin ke sini generasi kami semakin berkembang, berbeda dengan dulu. Kalaupun ada yang melakukan itu biasanya oknum dan tak semua pelaut seperti itu," sambungnya.
Demikian pula dengan opini banyak pelaut saat mendarat kerap berfoya-foya. Kata Aji, hal tersebut tergantung pribadi masing-masing. Tapi bukan berarti bisa menuduh semua pelaut nakal.
Saat ini, Aji mampu memperoleh kisaran Rp30 jutaan per bulannya dari pekerjaan tersebut.
Baca juga: Kolaborasi Kemenkeu, Kemenhub, Kemenkes, dan Bank Mandiri Pangkas Transaksi di Pelabuhan
Gaji tinggi dapat dimaklumi mengingat resiko para pelaut. Aji kerap berlayar dengan ombak lima sampai enam meter di laut Natuna khususnya saat Imlek.
Ia tidak menampik terkait adanya kekhawatiran, namun jika percaya dan yakin kepada kemampuan diri sendiri, kru yang bertugas maka akan saling percaya.
Baginya, ombak adalah hal yang biasa dihadapi oleh seorang pelaut. Tapi, tantangan terbesar adalah rasa rindu pada keluarga. (*)