Energi Baru Brand Busana Le Smoking YSL di Tangan Hedi Slimanes
Sejak posisi creative director YSL diambilalih Hedi Slimanes, Le Smoking hadir lebih pop dan berselera anak muda.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Le Smoking merupakan salah satu buah karya Yves Saint Laurent yang sangat ikonik.
Diciptakan pada tahun 1966, Le Smoking adalah busana wanita yang terinspirasi dari setelan pria dengan jas klasik berkerah setali, terbuat dari beludru atau sutra.
Setelan Le Smoking sangat disambut baik oleh para pecinta fashion dan media saat itu. Saking nge-"hip"-nya, Le Smoking selalu terjual laris manis di butik Yves Saint Laurent (Voguepedia). Banyak yang menyebut, Le Smoking menandai lahirnya tren fashion baru yaitu androgyny, perpaduan antar gaya maskulin dan feminin.
Le Smoking terus berevolusi sesuai perkembangan jaman tapi itu hanya bertahan sampai tahun 90an saat Yves fokus untuk mengembangkan lini adi busana.
Sejak singgsana Yves sebagai creative director untuk lini busana siap pakai YSL diduduki Alber Elbaz, Tom Ford, dan Stefano Pilati, Le Smoking sempat "absen" dari runway YSL. Walaupun ada, itu pun tidak terlalu menjadi fokus tren koleksi mereka.
Le Smoking mulai bergelora kembali setelah Hedi Slimane ditunjuk untuk mengambil alih posisi creative director YSL pada 2012 lalu (nama YSL lalu berubah menjadi Saint Laurent Paris sejak kepemimpinannya).
Di tangan Hedi, Le Smoking bagaikan diberi energi baru tiap berganti musim. Pada debutnya di koleksi busana musim semi dan panas 2013, desainer asal Los Angeles itu menghadirkan Le Smoking bernuansa boho chic. Dari boho chic, Le Smoking beranjak ke grunge pada koleksi musim gugur dan dingin 2013.
Tentang keseluruhan koleksinya itu, ada yang mengkritik, ada pula yang memuji. "Koneksi antara grunge dengan Mr.Saint Laurent kurang jelas, meski beliau pernah meluncurkan parfum bernama Baby Doll," kata reporter mode The New York Times (NYT), Eric Wilson, dalam artikel blognya yang berjudul "Saint Laurent Show Produces Conflict, Both the Usual and Bizarre".
Sementara respon positif datang dari Alexandria Sage lewat artikelnya di Reuters yang menyebut koleksi tersebut adalah cara Hedi menggaet pasar baru, yaitu kaum muda.
Setelah grunge, Le Smoking hadir dengan energi era disko 80-an untuk koleksi musim semi dan panas 2014. Koleksi tersebut ditampikan di Paris Fashion Week, Senin (30/9/2013) malam.
Hedi banyak menggunakan bahan-bahan sequin sebagai material utama Le Smoking, termasuk beberapa pilihan dress, atasan ataupun rok.
Energi baru Le Smoking juga terasa dalam padu padannya. Hedi tak melulu memadukan jas dengan celana panjang.
Alih-alih memadukan jas dengan bawahan berbahan sama dan blouse putih, Hedi malah memasangkan jas hitam dengan blouse berbahan sheer atau tembus pandang dengan rok sequin atau dengan kombinasi lain misal jas sequin dengan rok kulit dan blouse putih, bahkan dress.
Untuk pilihan klasik, Le Smoking hadir dalam kombinasi jas dan celana panjang satu warna namun diberi aksen kulit atau sequin pada kelapak jas. Tak lupa slim tie atau dasi kupu-kupu sebagai sentuhan akhir yang maskulin.
Sejak posisi creative director YSL diambil alih Hedi, Le Smoking hadir lebih pop dan cenderung berselera anak muda. Koleksi musim semi dan panas 2014 semakin mempertegasnya.
Lalu muncul sebuah pertanyaan seperti yang dilontarkan reporter fashion untuk Associated Press, Thomas Adamson, dalam artikel ulasan koleksi tersebut: "Seberapa banyak perempuan umur 18-24 tahun yang memiliki ribuan dolar untuk membeli sebuah jas atau rok mini metalik?"
Daniel Ngantung
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.