Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Kisah WNI Berburu Sepeda Brompton di London, Selama Pandemi Covid-19 Hanya Boleh Beli Satu 

WAHYU Hansudi, warga negara Indonesia (WNI) membagikan kisah perburuan sepeda Brompton di KotaLondon, Inggris.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Kisah WNI Berburu Sepeda Brompton di London, Selama Pandemi Covid-19 Hanya Boleh Beli Satu 
Tribunnews/Irwan Rismawan
Mekanik memperbaiki sepeda Brompton di Bengkel Sepeda Good Ride Bike Cafe, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (5/7/2020). Permintaan jasa servis dan rakit sepeda meningkat seiring menaiknya tren bersepeda masyarakat selama masa pandemi virus corona (Covid-19). Tribunnews/Irwan Rismawan 

Wahyu menceritakan bersepeda bagi warga Inggris merupakan sebuah tradisi yang sudah lama
diterapkan.

Kesadaran warga Inggris tentang pola hidup sehat dengan bersepeda sudah sangat tinggi.

"Di London ini semua orang kesadaran untuk bersepeda itu sudah sangat tinggi. Jadi semua orang yang
suka berolahraga baik pergi maupun pulang dari kantor, biasanya mereka suka pakai sepeda" ujar
Wahyu.

Wahyu mengatakan, sepeda Brompton sudah menjadi alternatif moda transportasi untuk berangkat
maupun pulang kerja bagi warga Inggris.

Sepeda Brompton diminati semua kalangan, mulai dari pelajar
dan mahasiswa, hingga para pekerja kantor.

Baca: Daftar Harga Sepeda Lipat: Pacific NORIS 2.1 Rp 4,4 Jutaan hingga Brompton B75 2020 Rp 30 Jutaan

Sepeda Brompton menjadi pilihan warga Inggris karena sangat simpel, sangat praktis, dan bisa dilipat
sehingga sangat mudah dibawa ke mana-mana. Berat sepeda Brompton maksimal hanya 12 kilogram.

"Jadi sangat ringan untuk ditenteng, itu memudahkan orang untuk membawanya, baik saat mereka
harus menaiki kendaraan umum dan juga bisa dimasukkan ke kantor. Brompton tidak memerlukan
parkir khusus," katanya.

Berita Rekomendasi

Di kota-kota seperti Cambridge dan Oxford, banyak mahasiswa yang lebih suka naik sepeda
dibandingkan naik bus.

Pemerintah Kota Oxford dan Cambridge juga melarang para mahasiswa menggunakan kendaraan pribadi agar mencegah kemacetan di dua kota kecil tersebut.

Demikian juga di kota London. "Pemerintah menerapkan peraturan setiap kendaraan yang masuk ke
London harus membayar charge tersendiri. Ongkos parker juga mahal, per jam bisa sampai 7 atau 8
poundsterling untuk mobil diesel,” tambah Wahyu.

Sejumlah kantor memberi insentif kepada karyawan yang menggunakan sepeda. Insentif diberikan
karena adanya program bike for work.

Insentif berupa pinjaman lunak atau diskon, sehingga mendorong warga Inggris berangkat dan pulang
kerja memakai sepeda. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas