Desainer Indonesia Tampilkan Batik dan Wayang dalam Fashion Art Toronto 2022
ISK merupakan satu dari dua desainer yang terpilih dari Montreal mengikuti even mode bertaraf internasional itu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Erik S
Dalam tiap karya rancangannya itu, ia menambahkan unsur tradisional Indonesia yang akan memberikan keunikan tersendiri pada koleksinya.
Mulai dari pemilihan material untuk kebaya, evening gown hingga penggunaan wastra batik yang diubah menjadi haute couture gown.
Baca juga: Terinspirasi Sifat Istiqomah, TRZ HER Usung Konsep Constantly di Indonesia Fashion Week 2022
Teknik yang digunakan pun satu diantaranya adalah embroidery (bordir) yang ia lakukan secara manual.
Menurutnya, butuh waktu sekitar 2 bulan untuk menyiapkan haute couture gown tersebut, karena dirinya menyiapkan semua proses pengerjaannya seorang diri.
"Saya akan bawakan kebaya, gaun malam ala red carpet, udeng ala Bali, celana sarung Indonesia, batik yang sudah saya ubah jadi gaun haute couture dan terdapat bordiran aplikasi yang saya jahit pakai tangan sendiri. Persiapan hanya 2 bulan, saya buat gaun itu sendirian," papar ISK.
Lalu bagaimana awal mula ISK bisa menetap di Kanada hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang Fashion Designer di negara yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Justin Trudeau itu?
ISK menjelaskan bahwa dirinya tiba di Montreal, sepekan sebelum pemerintah kota itu menerapkan sistem penguncian (lockdown) untuk kali pertama yakni pada Maret 2020, akibat pandemi Covid-19.
Perlu diketahui, Montreal merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi Quebec, Kanada.
Saat itu, selama 3 bulan ia hanya seorang diri 'terkurung' dalam kamar sewanya, tanpa ditemani kerabat.
"Saya datang ke Montreal 7 hari sebelum lockdown pertama kali di Montreal (Maret 2020), tidak ada keluarga dan tidak ada teman, selama 3 bulan lebih terkurung dalam kamar sewa saya di Montreal," kata ISK.
Di kamar sewanya itulah, ia menemukan sejumlah barang usang yakni lempengan besi yang akhirnya memunculkan ide baginya untuk bisa menyulapnya menjadi benda karya seni bernilai ekonomi.
Kebetulan, kata dia, dirinya memiliki pengalaman dalam membuat aksesoris untuk desainer lainnya saat masih tinggal di Jakarta.
"Saat itu, saya menemukan barang-barang sisa di gudang, berupa lempengan besi-besi yang saya kerjakan menjadi aksesoris. Kebetulan, saya memang pernah membuatnya saat di Jakarta untuk 1 show dengan desainer lainnya, namun saya yang buat semua aksesorisnya," tutur ISK.
Ia kemudian menambahkan, saat kali pertama toko-toko di Montreal dibuka pada Juli 2020 setelah mengalami masa lockdown, dirinya pun mencari barang-barang material bangunan yang biasa diolahnya menjadi karya.