Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

4 Kriteria Pemimpin Layak Dipilih pada Pilpres 2024 Versi Jusuf Kalla: Pengalaman hingga Kecerdasan

Mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla (JK) mengungkap empat kriteri pemimpin yang layak untuk dipilih dalam gelaran Pilpres 2024 mendatang.

Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in 4 Kriteria Pemimpin Layak Dipilih pada Pilpres 2024 Versi Jusuf Kalla: Pengalaman hingga Kecerdasan
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Jusuf Kalla, tokoh senior Partai Golkar. | Mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla (JK) mengungkap empat kriteri pemimpin yang layak untuk dipilih dalam gelaran Pilpres 2024 mendatang. 

Politikus Partai Golkar ini pun menambahkan kriteria ini semestinya menjadi perhatian utama masyarakat sebelum meributkan soal nama yang akan dipilih pada Pilpres 2024.

Menurut dia, masyarakat juga mesti menilai dengan objektif soal kriteria dan nama calon presiden Indonesia pada 2024.

"Jangan dahulu anti ini anti itu. Kriterianya mana dahulu?" pungkasnya.

Baca juga: Pengamat Sebut Erick Thohir Bakal Cawapres yang Mampu Perkuat Elektoral Capres

Pengamat Nilai Turunnya Elektabilitas Parpol KIB karena 3 Faktor, Salah Satunya Belum Umumkan Capres

Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Survei Litbang Kompas menunjukkan perolehan suara partai anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) mengalami penurunan jika pemilu dilakukan saat ini.

KIB merupakan koalisi yang terdiri dari Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Dalam survei tersebut, Golkar keluar dari tiga besar papan atas dengan hanya memperoleh 7,9 persen suara.

Berita Rekomendasi

Padahal pada survei yang sama Juni 2022 lalu, Golkar mendapat suara 10,3 persen.

Posisi Golkar digeser oleh Partai Demokrat dengan elektabilitas 14 persen.

Baca juga: Sekjen PDIP Sampaikan Pesan Jokowi soal Capres-Cawapres: Beliau Berpesan Jangan Lama-lama

Sedangkan PAN yang memperoleh 3,6 persen pada survei Juni juga mengalami penurunan suara menjadi 3,1 persen. PPP hanya memperoleh 1,7 persen suara.

Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa menilai penurunan itu disebabkan oleh beberapa faktor.

Pertama, KIB hingga saat ini belum memajang nama calon presiden (capres) dan cawapres yang bakal didukung pada Pilpres 2024.

Sehingga partai anggota koalisi tidak mendapat keuntungan dari efek ekor jas (coat-tail effect).

"Pertama tentu sampai hari ini KIB belum menentukan siapa figur untuk dapat layak dicalonkan capres atau cawapres. Apa implikasinya? implikasinya adalah terhadap coat-tail effect."

Baca juga: Belum Umumkan Capres 2024, Peneliti Senior Ini Khawatirkan Megawati dalam Bidikan Oligarki

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas