PKS Sebut 8 Partai yang Dikoordinir Golkar Perlu Bertemu Presiden Jokowi Bahas Sistem Pemilu
PKS sudah bersedia mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) yang sebelumnya dilakukan oleh Partai Demokrat.
Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Erik S
Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu menilai pentingnya pembahasan sistem Pemilu yang kini masih menjadi perdebatan dibicarakan bersama Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Hal itu kata Syaikhu bakal dilakukan oleh 8 partai politik termasuk PKS, Golkar, Demokrat, PKB, PPP, PAN, NasDem dan Gerindra yang menolak sistem pemilu proporsional tertutup.
Baca juga: Bedah Dapil DPW Aceh, PPP Target Raih Kursi Lebih Banyak dalam Pemilu 2024
"Kita menghormati bahwa dalam kesepakatan 8 partai ini kemarin kan dikoordinatorkan oleh Golkar, nanti kita lihat memang nanti perlu mengahadap presiden kita akan bersama-sama yang 8 partai ini akan tetap bersama-sama," kata Syaikhu saat ditemui awak media di Kantor DPP PKS, TB Simatupang, Jakarta Selatan, Jumat (20/1/2023).
Kendati demikian, Syaikhu belum dapat memastikan kapan 8 partai tersebut akan bertemu Jokowi.
Terpenting kata dia, PKS sudah bersedia mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) yang sebelumnya dilakukan oleh Partai Demokrat.
"Yang terbuka kita harapkan bahwa sepakat dengan 8 partai utk melakukan usulan proporsional terbuka, bahkan PKS bersedia menjadi pihak terkait dan sudah mengajukan ke MK," tukas dia.
Kata Pengamat
Partai Golkar menjadi inisiator pertemuan sejumlah elite partai politik untuk menyampaikan sikap bersama terkait penolakan wacana sistem pemilu proporsional tertutup diberlakukan kembali.
Sebanyak 8 parpol menegaskan komitmennya mendukung sistem pemilu proporsional terbuka, mengecualikan PDIP yang mendukung proporsional tertutup.
Pengamat politik yang juga direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai argumen untuk kembali ke sistem pemilu proporsional tertutup tidak berkembang dan cenderung terjebak ke masa lalu.
Baca juga: Pengamat: Sistem Pemilu 2024 Harus Mampu Tingkatkan Kualitas Demokrasi
Berbeda dengan argumen pendukung proporsional terbuka yang cenderung berkembang dan berdimensi masa depan.
"Saya kira mempertahankan argumennya (proporsional terbuka) itu jauh lebih banyak, bisa tiga kali lipat dari kembali ke proporsional tertutup," kata Ray, kepada wartawan, Jumat (13/1/2023).
Menurutnya, tiga garis besar argumen yang mendukung sistem proporsional tertutup yakni parpol, konsolidasi parpol, dan pemilu berbiaya rendah.