Benarkah Surya Paloh Salah Perhitungan Politik Majukan Anies Baswedan Sebagai Bakal Capres Nasdem?
Menurut Rio Capella, ada salah perhitungan dari keputusan Nasdem yang mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai Capres.
Penulis: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Surya Paloh disebut salah perhitungan atau kalkulasi politik saat mengusung Anies Baswedan menjadi bakal capres Partai Nasdem.
Pernyataan ini datang dari Mantan Sekretaris Jenderal Partai Nasdem, Patrice Rio Capella, ketika berbicara di channel YouTube Akbar Faizal Uncensored, baru-baru ini.
Awalnya, Rio Capella, mengomentari deklarasi Anies Baswedan sebagai calon presiden (Capres) di Nasdem Tower beberapa waktu yang lalu.
Ia juga menyampaikan pandangannya soal arah politik Nasdem saat ini.
Menurut Rio Capella, ada salah perhitungan dari keputusan Nasdem yang mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai Capres.
Ia juga menilai, orang-orang di lingkaran dekat Surya Paloh tidak memberikan saran yang benar terkait keputusan Nasdem untuk mengusung Anies.
“Ada salah hitung dalam persoalan Anies yang dilakukan Nasdem. Saya pikir orang sekitar Bang Surya tidak memberikan nasihat yang betul. Jadi salah hitung, kemudian buru-buru menyatakan mendukung Anies,” kata Rio dikutip dari channel YouTube Akbar Faizal Uncensored, Minggu, (5/2/2023).
Baca juga: Surya Paloh Sambangi Golkar Disebut sebagai Langkah untuk Keluar dari Koalisi dengan Demokrat & PKS
Terkait hal tersebut, ia mengaku pernah mengingatkan elit Nasdem ketika memutuskan untuk memilih mengundang Anies Baswedan untuk hadir dan berpidato dalam Kongres.
Padahal, kata dia, Anies Baswedan tidak seharusnya diberi mimbar tersebut melainkan seharusnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Dan saya sudah ingatkan waktu Kongres dulu, ketika Anies Baswedan diundang dalam pembukaan dan diberi kesempatan berpidato sedangkan presiden yang memang kelasnya Munas atau Kongres tidak diundang. Padahal yang mensahkan apakah kongres itu sah atau tidak itu Presiden melalui Menkumham," kata Rio.
"Saya mengingatkan Anies Baswedan itu kelasnya Muswil bukan Kongres. Tapi kan kemudian orang di sekitar Bang Surya mungkin memberikan masukan lain," sambung dia.
Menurutnya, salah perhitungan tersebut terus berlanjut setelah itu.
Setelah kongres, kata dia, Nasdem justru berkunjung kepada PKS dengan alasan untuk meredam oposisi.
Ia pun mengingatkan bahwa Nasdem tidak berkepentingan soal itu melainkan presidenlah yang seharusnya berkepentingan terhadap oposisi.
Untuk itu menurutnya, bukan Nasdem juga yang seharusnya mendekati.
"Tahapan-tahapan salah hitung itu itu terus berlanjut," kata dia.
Manuver Paloh ke Partai Golkar
Dalam kesempatan itu, Rio Capella juga menanggapai langkah Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh menemui Airlangga Hartarto di Kantor DPP Golkar pada Rabu (1/2/2023) lalu.
Menurut Rio Capella, manuver itu adalah exit plan untuk keluar dari Koalisi dengan Partai Demokrat dan PKS.
Rio mengatakan langkah yang diambil Surya tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan dengan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan di London beberapa waktu lalu.
Pertemuan di London tersebut menurutnya ada kaitannya dengan Presiden Joko Widodo.
Ditanya lebih jauh maksud soal exit plan tersebut oleh Akbar Faizal, Rio menjelaskan yang dimaksudnya adalah untuk saling meninggalkan.
"Menurut saya itu ada kaitannya dengan Presiden. Itu langkah untuk exit plan dari koalisi dengan Demokrat dan PKS," kata Rio di kanal Youtube Akbar Faizal Uncensored yang diunggah pada Sabtu (4/2/2023).
Rio mengatakan saat ini Surya juga tengah memberikan pesan kepada Demokrat dan PKS.
Menurutnya, Surya memang lebih nyaman jika bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digawangi Golkar, PPP, dan PAN.
"Menurut saya Bang Surya itu sedang memberikan pesan kepada Istana, dan memberikan pesan kepada Demokrat dan PKS, siap-siap aja lu, lu gua tinggal lama-lama. Dan paling nyaman memang Bang Surya bergabung dengan KIB," kata Rio.
Penjelasan Nasdem
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, ingin komunikasi di antara partai politik (parpol) pendukung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (capres) dilakukan secara continue atau terus menerus.
Ada pun, saat ini poros Koalisi Perubahan digagas Nasdem, Demokrat dan PKS mendukung pencapresan Anies Baswedan.
Baca juga: Pengamat Nilai Kunjungan Surya Paloh ke Beberapa Partai Sebagai Upaya Perbaikan Komunikasi Politik
Hal itu disampaikan Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya saat menerima kunjungan elite PKS, di NasDem Tower, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (3/2/2023).
"Pak Surya mengatakan komunikasi harus berjalan secara continue berjalan secara terus-menerus," kata Willy.
Willy berujar, pertemuan sejumlah elite PKS dengan Surya Paloh menunjukkan tidak ada sekat-sekat dalam berpolitik.
"Kita harus berpolitik dalam suasana kebatinan yang riang gembira yang fiesta jadi tidak ada hal yang sifatnya bermusuhan," ujarnya.
Pengamat: Surya Paloh ingin perkuat posisi tawar
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh sedang memperkuat posisi tawarnya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal itu merespons langkah Paloh yang menemui sejumlah tokoh-tokoh setelah dipanggil Jokowi ke Istana Negara.
"Surya Paloh ingin menguatkan posisi tawar NasDem di hadapan presiden sebagai partai yang paling loyal mendukung kebijakan pemerintah bahkan sejak Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta," kata Agung kepada Tribunnews.com, Sabtu (4/2/2023).
Selain itu, Agung menganggap bahwa Paloh ingin menjaga relasi politiknya dengan Jokowi setelah sempat memanas akibat mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (bacapres).
"Sehingga 'kesalahpahaman' yang sempat mengemuka bisa diminimalkan," ujar dia.
Namun, ia juga menilai jika baik Jokowi maupun Paloh sama-sama saling membutuhkan baik dalam konteks Pilpres 2024 atau setelahnya.
"Anies membutuhkan restu politik dan di saat yang sama Presiden Jokowi perlu dukungan politik yang solid di sisa pemerintahannya maupun pasca ia tak lagi menjabat agar kaki-kaki politiknya tetap kokoh dan ketergantungan terhadap PDIP bisa direduksi," tegas Agung.
Diketahui, Paloh sempat dipanggil mendadak oleh Presiden Jokowi ke Istana Negara pada Kamis (26/1/2023) lalu.
Pemanggilan terhadap Paloh menjadi perhatian publik di tengah isu reshuffle atau perombakan kabinet terhadap menteri dari NasDem.
Setelah menghadap Jokowi, Paloh pada Rabu (1/2/2023), bertemu Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto di kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Nelly Murni, Jakarta Barat.
Paloh mengatakan pertemuan keduanya masih dalam suasana seperti biasanya dan tak ada perubahan.
"Saya tidak melihat ada perubahan. Suasana penerimaan baik, dalam apa saja yang yang saya pahami dalam memahami komunikasi ya. Yang biasanya terjadi," kata Paloh selepas bertemu Airlangga di kantor DPP Partai Golkar.
Terkait reshuffle atau perombakan kabinet, Paloh menegaskan Presiden Jokowi mempunyai hak prerogatif.
Lalu pada Jumat (3/2/2023) kemarin, Paloh makan siang bareng Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan.
Keduanya makan siang bareng di Restoran Kayangan, Wisma Nusantara, Thamrin, Jakarta Pusat.