Elektabilitas Naik, Pengamat Sebut Golkar Ditopang Soliditas dan Mesin Partai yang Kuat
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, Golkar punya peluang besar mempertahankan posisi pada Pemilu 2024
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, Golkar punya peluang besar mempertahankan posisi pada Pemilu 2024 mendatang.
Hal ini dikarenakan kerja keras mesin partai dan juga sosok Ketua Umum Airlangga Hartarto.
“Golkar di 2024 dalam catatan survei masih cukup kuat, dan potensial mempertahankan posisi kedua di parlemen, situasi ini karena kuatnya merek politik Golkar, dan masih miliki basis loyalis yang cukup besar,“ kata Dedi, kepada wartawan Rabu (22/2/2023).
Maka tidak heran kata dia, jika dalam survei Litbang Kompas terbaru, Golkar masih berada di posisi yang bagus, elektabilitasnya 9 persen.
Angka ini naik 1,9 persen dibandingkan survei sebelumnya yakni 7,9 persen.
"Juga ini menandai jika mesin partai masih cukup andal menghadapi kontestasi dengan partai-partai baru,” ucap Dedi.
Pasalnya, lanjut Dedi, Golkar memiliki loyalis, branding yang kuat juga sosok pemersatu, Ketua Umum Airlangga.
“Justru, Airlangga ini memiliki kekuatan, ia nyaris dianggap berhasil menyatukan friksi di Golkar. Situasi ini tentu prestasi karena sebelumnya Golkar dianggap memiliki tradisi konflik. Jika Airlangga berhasil sampai pemilu mempertahankan Golkar tetap solid, maka semakin besar optimisme itu,” ucap Dedi.
Pun berdasarkan Munas Partai Golkar, sudah resmi mengajukan Ketum Airlangga sebagai Capres 2024.
Dia menilai, Airlangga memiliki peluang untuk maju sebagai RI-1 dengan pengalaman yang dia miliki sebagai politisi maupun sebagai Menko Perekonomian.
Baca juga: Jangkau Para Pemilih Muda, Partai Golkar Tingkatkan Pemanfaatan Media Sosial
Demikian pula jika dia tidak maju, Golkar diperkirakan masih akan berjaya di Pileg dengan mesin yang bekerja keras.
"Ini punya basis pengaruh pada tingkat keterpilihan Golkar secara institusional,” pungkas Dedi.