Elektabilitas Ganjar, Anies dan Prabowo Hasil Survei 6 Lembaga, Siapa Terkuat? Berikut Datanya
peta kekuatan elektoral atau perbandingan elektabilitas Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo di lima lembaga survei dan Litbang Kompas
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilihan Presiden atau Pilpres tinggal 12 bulan lagi. Nama-nama kandidat calon presiden makin bermunculan.
Survei terkait elektabiltas kandidat pun makin banyak dilakukan lembaga survei.
Siapa saja kandidat terkuat atau memiliki elektabilitas yang tinggi ?
Anies Baswedan, Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto?
Berikut ini adalah peta kekuatan elektoral atau perbandingan elektabilitas Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo di lima lembaga survei dan Litbang Kompas.
Seperti diketahui, setahun menjelang pemungutan suara Pemilihan Presiden 2024, tiga figur tetap konsisten berada di papan atas dari sisi elektabilitas.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersaing ketat di tiga teratas hampir semua lembaga survei.
Di awal tahun 2023, sejumlah lembaga survei sudah merilis hasil survei mereka.
Tiga nama tersebut saling salip menyalip.
Jika dibandingkan berdasarkan temuan sejumlah lembaga survei, siapa yang sementara lebih unggul, Ganjar Pranowo, Prabowo atau Anies Baswedan?
Baca juga: Survei Litbang Kompas: Elektabilitas Prabowo Naik di Kalangan Generasi Z, Ganjar dan Anies Turun
1. Litbang Kompas
Litbang Kompas menggelar jajak pendapat mengenai elektabilitas para tokoh yang digadang-gadang sebagai kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Pemilu 2024.
Menurut survei, bursa capres masih didominasi oleh tiga nama yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.
Sementara, bursa cawapres diramaikan oleh sejumlah figur seperti Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, hingga Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Adapun survei ini berlangsung selama 25 Januari hingga 4 Februari 2023, melibatkan 1.202 responden yang dipilih dari 38 provinsi di Indonesia.
Jajak pendapat dilakukan dengan metode wawancara tatap muka, sedangkan sampel ditentukan secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat.