PAN Kritik Keras SMRC Usai Diprediksi Tak Lolos ke Senayan: Hasil Surveinya Selalu Tidak Terbukti
Viva Yoga pun mengkritik alasan para suveyor ketika hasil surveinya dipertanyakan lantaran meleset dari hasil yang diperhitungkan oleh KPU.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga menanggapi hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang memprediksi partainya tidak akan lolos ke senayan pada Pemilu 2024 mendatang.
Menurut Viva Yoga, lembaga survei SMRC memang kerap merilis survei yang menyatakan PAN tak akan lolos ambang batas parlemen atau parlementary threshold lantaran hanya mendapatkan suara di bawah 2 persen.
"Sejak 2004 sampai tahun 2022 ini, Mas Syaiful Muzani dengan LSI. Sekarang SMRC selalu merilis hasil survei bahwa PAN adalah Partai Nasako, partai yang nasibnya satu koma. Bahkan merilis hasil elektabilitas PAN kalah dengan partai politik yang tidak lolos parliamentary threshold," ujar Viva Yoga saat dikonfirmasi, Senin (20/3/2023).
Baca juga: Disurvei Terancam Tak Lolos Senayan di 2024, PAN Tanyakan Kredibel SMRC
Viva menuturkan bahwa jika hasil dari lembaga survei itu akurat dan valid maka seharusnya PAN tidak akan lolos ambang batas parlemen sejak Pemilu 2004.
"Tetapi hasil surveinya selalu tidak terbukti. Sampai pemilu 2019, PAN masih memperoleh kursi DPR RI," jelasnya.
Berdasarkan data resmi KPU RI, di Pemilu 2004 PAN memeroleh suara nasional sebesar 6,44 persen, Pemilu 2009 sebesar 6,01 persen, Pemilu 2014 sebesar 7,59 persen dan Pemilu 2019 sebesar 6,84 persen.
Jadi, kata Viva Yoga, ada perbedaan hasil super signifikan antara prediksi melalui hasil survei oleh SMRC tersebut dengan hasil resmi pemilu yang ditetapkan oleh KPU.
"Aneh enggak sih, mengapa sekelas SMRC selalu salah secara konsisten dalam meneliti tentang PAN? Melakukan kesalahan secara konsisten," jelasnya.
"Apakah lembaga survei itu tidak kredibel? Tidak berlandaskan pada kaidah ilmiah? Sentimen pada PAN? Atau karena faktor lain? Tentu akan banyak pertanyaan masyarakat dari tidak akuratnya hasil survei mereka, sejak 2004 sampai sekarang," sambungnya.
Viva Yoga pun mengkritik alasan para suveyor ketika hasil surveinya dipertanyakan lantaran meleset dari hasil yang diperhitungkan oleh KPU.
"Ketika kami menanyakan mengapa hasil survei selalu berbeda dengan hasil pemilu. Mereka menjawab, 'karena yang berperan penting adalah pergerakan para caleg PAN di dapil masing-masing sehingga hasil pemilu berbeda dengan hasil survei kami'," ungkapnya.
"Lha, lalu para caleg dari partai politik lain saat kampanye pemilu apakah tidur? kan calegnya sama-sama bergerak berkompetisi mencari suara di dapil," imbuhnya.
Untuk itu, Viva Yoga pun menghormati apapun hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei tersebut.
Hasil survei itu bakal tetap akan menjadi cermin evaluasi diri sebagai input data untuk memperkaya informasi dalam membuat perencanaan strategis pemenangan pemilu 2024.
Ia menuturkan bahwa PAN secara rutin dan berkala telah melakukan survei internal yang dilakukan oleh lembaga survei independen untuk mengetahui elektabilitas, prioritas program, dan variabel lain yang dibutuhkan PAN.
"Dan hasil survei internal tersebut memang berbeda dengan rilis yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei sejak tahun 2004 sampai sekarang," jelasnya.
Di sisi lain, Viva Yoga pun meminta agar lembaga survei SMRC untuk dapat melakukan survei lebih akurat dan benar dalam mengukur elektabilitas partai politik di Pemilu 2024.
"Sampai kapan lembaga survei SMRC dapat memotret secara benar dan akurat elektabilitas PAN? Apakah tidak bosan jika hasil surveinya salah terus, sejak 2004 sampai sekarang. Ayolah para surveyor SMRC, janganlah bersikap begitu terus kepada PAN. Kan kita juga berteman," tukasnya.
Sebelumnya, survei SMRC terbaru terkait elektabilitas partai politik (parpol) yang dilakukan pada 2 sampai 11 Maret 2023 menunjukkan elektabilitas PDIP berada di posisi teratas dibanding partai-partai lainnya.
Pertanyaan survei yang diajukan adalah, "Jika pemilihan anggota DPR diadakan sekarang, partai atau calon dari partai mana yang akan Ibu/Bapak pilih?".
Bentuk pertanyaan tersebut diklaim sudah dirancang supaya bisa menangkap bagaimana preferensi publik atau pemilih terhadap partai.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani menjelaskan tingkat elektabilitas PDIP mencapai 23,4 persen.
Hal tersebut disampaikannya dalam tayangan bertajuk Trend Elektabilitas Partai: Survei Maret 2023 di kanal Youtube SMRC TV pada Minggu (19/3/2023).
"Survei yang dilakukan pada awal Maret 2023 itu menunjukkan jika pemilu legislatif dilaksanakan saat survei dilakukan, PDIP mendapatkan dukungan paling banyak yaitu 23,4%," kata Deni.
Kemudian, kata dia, posisi berikutnya ditempati Gerindra 14,1%, PKB 10,3%, Golkar 9,1%, Nasdem 7%, Demokrat 5,9%, PKS 5,7%, PPP 2,4%, PAN 1,9%, Perindo 1,7%, dan PSI 1,1%.
Partai-partai lain, kata dia, mendapatkan suara di bawah 1% elektabilitasnya.
"Yang belum tahu atau belum memutuskan atau undecided voters ada sebanyak 15,3%," kata dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.