Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Nilai Pemilih Jokowi Galau Jelang Pilpres 2024, Ini Penyebabnya

Boni Hargens menilai pemilih Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang dalam fase galau menghadapi pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Pengamat Nilai Pemilih Jokowi Galau Jelang Pilpres 2024, Ini Penyebabnya
Tribunnews.com/Gita Irawan
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens menilai pemilih Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang dalam fase galau menghadapi pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Boni mengatakan mereka tampaknya belum siap untuk meninggalkan fase kepemimpinan Presiden Jokowi.

Sebab, sejauh ini mereka belum menemukan figur-figur bakal calon presiden (bacapres) 2024 yang bisa melanjutkan Presiden Jokowi.

"Jadi mereka tidak ingin ditinggal Pak Jokowi lah. Di saat yang sama mereka belum punya referensi untuk memilih siapa yang terbaik, siapa yang akan bisa melanjutkan kesinambungan pembangunan," kata Boni dalam diskusi bertajuk 'Siapa yang Terbaik untuk Indonesia di 2024?: Analisis Independen' di Jakarta, Jumat (26/5/2023).

Boni menegaskan pemilih Presiden Jokowi menginginkan agar pemimpin selanjutnya bisa merawat spirit pemerintahan saat ini agar bisa berkembang ke depannya.

Baca juga: Boni Hargens Kritik Safari Politik Anies Baswedan

Dia juga menduga pemilih galau tersebut merupakan penyumbang suara terbesar dalam survei Litbang Kompas terkait kepuasan terhadap kinerja Presiden Jokowi 70 persen.

Berita Rekomendasi

"Nah saya curiga pemilih kategori galau ini yang banyak menyumbang juga suara ke survei itu," ujar Boni.

Lebih lanjut, Boni mewanti-wanti masyarakat agar menutup ruang bagi bacapres atau elite yang memainkan politik identitas.

"Kita akan terus melakukan pencerahan bahwa itu (politik indentitas) problem yang serius, maka jangan pernah mencari presiden yang menjual-jual identitas kelompok karena kita beragam, kita kaya karena beragam," ucapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas