Kemenkominfo: Memasuki Masa Tahun Politik Hoaks Bertebaran di Dunia Digital
Berita bohong atau hoaks mulai bermunculan di dunia digital jelang Pemilu 2024, diperlukan literasi digital tangkal konten hoaks tersebut.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dirjen Aptika Kemenkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, mengungkapkan berita bohong atau hoaks mulai bermunculan di dunia digital menjelang Pemilu 2024.
Semuel menilai literasi digital dibutuhkan untuk menangkal kemunculan konten hoaks tersebut.
"Terlebih kita sudah memasuki masa-masa tahun politik di mana hoaks dan disinformasi bertebaran di ruang digital," kata Semuel.
Baca juga: Ganjar Pranowo: Pendukung Saya Jangan Merundung dan Main Hoaks, Kita Punya Etika
Hal tersebut diungkapkan oleh Semuel dalam kegiatan Gali Ilmu Literasi Digital bersama kelompok masyarakat dan komunitas di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Dirinya mengatakan literasi digital dapat meningkatkan kemampuan masyarakat mengidentifikasi konten di dunia digital.
"Maka dari itu literasi digital sangat krusial di era digital ini karena dapat memberi manfaat untuk kita dalam mengakses informasi dan memanfaatkan informasi dengan baik dalam ruang digital," ujar Semuel.
Sementara itu, pegiat literasi digital Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, mengungkapkan karakteristik netizen Indonesia masuk ke dalam kategori yang tidak sopan dalam menggunakan media sosial.
Menurut Devie, hal ini mengakibatkan terjadinya pergeseran budaya digital dengan budaya yang ada di dunia nyata.
"Netizen Indonesia itu gampang banget tersinggung, dikit-dikit baper terus suka ngancem, itu bisa jadi tindakan kejahatan yang terjadi di sosial media," kata Devie.
"Karena hanya dengan sharing kemarahan mereka di sosial media itu lebih menarik perhatian mereka dan bisa menciptakan adanya interaksi," tambah Devie.
Baca juga: Respons Ferdy Tahier Saat Rumah Tangga Renaga Jadi Gunjingan Netizen
Dirinya meminta para netizen mampu menciptakan iklim yang positif di media sosial.
Nah itu sebenernya yang harus banget kita hindari, kita harus menciptakan budaya netizen Indonesia yang ramah bukan yang marah, bukan netizen yang berang tapi yang terang," tutur Devie.
Seperti diketahui, berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional pada tahun 2022 menunjukkan bahwa kapasitas literasi digital masyarakat Indonesia dinilai sedang, yaitu sebesar 3.54 dari 5.00.