PPATK Beberkan Anomali Dana Kampanye, Ivan Yustiavandana: Mengalir Deras Pada Masa Tenang
Ivan Yustiavandana menjelaskan, dalam transaksi di rekening khusus dana kampanye (RKDK), dana justru mengalir deras di saat masa tenang
Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) membeberkan adanya anomali dana kampanye dalam tahapan pemilu.
Ketua PPATK Ivan Yustiavandana menjelaskan, dalam transaksi di rekening khusus dana kampanye (RKDK), dana justru mengalir deras di saat masa tenang bukan pada masa kampanye.
Pertanyaannya kalau minggu tenang banyak transaksi, lalu uangnya buat apa? Kalau transaksi banyak di masa kampanye, oke untuk biaya kampanye, sewa gedung, beli makan, beli kaos. itu di masa kampanye, tapi kenapa RKDK ini banyak bergeraknya di minggu tenang
Padahal, jelas Ivan, harusnya dana itu melambung tinggi saat peserta pemilu tengah berada di masa kampanye. Mengingat akan banyak pengeluaran untuk sewa gedung sebagai tempat kampanye hingga pembiayaan logistik dan pakaian, misalnya.
Baca juga: Konsolidasi Partai Politik Dongkrak Ekonomi RI Triwulan II 2023, Bakal Lebih Besar Saat Kampanye
Hal ini disampaikan Ivan dalam paparannya di Forum Diskusi Sentra Gakkumdu (Sentra Penegakan Hukum Terpadu) bertajuk Wujudkan Pemilu Bersih yang berlangsung daring, Selasa (8/8/2023).
"Jika melihat potensi seberapa bersihnya kontestasi politik itu dalam konteks PPATK, bagaimana transaksi itu dilakukan oleh si RKDK? Pada saat pembukaan RKDK dia transaksi flat saja, pada masa kampanye masuk tuh uang banyak, transaksi mulai banyak, yang paling banyak transaksi itu adalah pada masa minggu tenang," jelasnya.
"Pertanyaannya kalau minggu tenang banyak transaksi, lalu uangnya buat apa? Kalau transaksi banyak di masa kampanye, oke untuk biaya kampanye, sewa gedung, beli makan, beli kaos. itu di masa kampanye, tapi kenapa RKDK ini banyak bergeraknya di minggu tenang," tambah Ivan.
Baca juga: Kaum Perempuan Partai Buruh Mundur Caleg Karena Dilarang Suami dan Kepikiran Dana Kampanye
Masih dalam paparannya, Ivan mengambil sampel dari 320 RKD yang melibatkan 1.022 calon anggota legislatif. Dari situ tampak kombinasi frekuensi transaksi dan frekuensi kampanyenya bertolak belakang.
"Di masa kampanye di tengah itu kita ikuti di open source, kampanye masif sekali, grafik kampanye naik di atas, tidak berbanding lurus dengan grafik RKDK," tuturnya.
"RKDK tidur saja, kampanye lagi ramai-ramainya. Harusnya ketika kampanye di atas, RKDK ikut naik, ikut ramai. Minggu tenang baru yang namanya rekening RKJK bergejolak," sambungnya.
Hal ini disebut Ivan merupakan sebuah anomali dan PPATK sendiri menyimpulkan ihwal dana kampanye sebenarnya didanai melalui sumber lain, bukan dari RKDK.
"Makanya kita kemudian menyimpulkan kampanye dibiayai dari sumber lain. Lalu pada saat minggu tenang transaksi atau saldo itu sebenarnya buat apa? Pertanyaannya, masa kampanye biaya dari mana," tandasnya.