Prabowo Rebut Suara Pemilih Jokowi di Pilpres 2019, Pengamat Ungkap Penyebabnya
Pengamat politik memberikan analisisnya terkait penyebab membesarnya suara pemilih Joko Widodo di Pemilu 2019 yang dukung Prabowo di Pilpres 2024.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: bunga pradipta p
Bawono menguraikan temuan dari Indikator Politik Indonesia terkait hal ini.
"Di survei periode April 2023 masih 24,6 persen basis pemilih dari Joko Widodo - Maruf Amin mendukung Prabowo Subianto, tetapi di survei periode bulan Juni 2023 telah mencapai 28,5 persen,"
"Tidak dapat dimungkiri memang sosok Prabowo Subianto saat ini tengah memperoleh atensi luas dari publik dan juga elite politik dalam beberapa bulan terakhir ini sebagai bakal capres memiliki peluang untuk terpilih di Pemilu 2024 mendatang," tandas Bawono.
Sementara itu, Litbang Kompas merilis temuan di survei terbarunya.
Didapati adanya perebutan dalam menarik suara Pemilu 2019 yang memilih Jokowi, antara Ganjar Pranowo dengan Prabowo Subianto.
Ganjar memang masih mendapatkan aliran suara terbesar pemilih Jokowi, yakni 63,6 persen, jika Ganjar hanya berhadapan dengan Prabowo
Namun, suara pemilih Jokowi yang bermigrasi ke Prabowo cenderung membesar dalam catatan survei Litbang Kompas.
Sejak Januari 2023, setidaknya angka tersebut terus mengalami penambahan.
Baca juga: Dukungan Golkar dan PAN Dinilai Perkuat Positioning Prabowo Sebagai Capres
Pada Januari 2023 masih di angka 27,7 persen, kemudian menjadi 33,9 persen pada Mei dan kini naik ke angka 36,4 persen.
Litbang Kompas juga mengungkap suara pemilih Prabowo di 2019 masih konsisten. Angkanya juga terus mengalami peningkatan.
Pemilih pada 2019 yang mencoblos Prabowo terlihat semakin solid untuk kembali memilih Prabowo dalam pemilu 2024.
Pada Januari lalu, mereka yang kembali memilih Prabowo berada di angka 72,5 persen, lalu naik menjadi 79,3 persen, dan kali ini telah mencapai 85,7 persen.
Survei ini dilakukan secara periodik melalui wawancara tatap muka yang dimulai 27 Juli hingga 7 Agustus 2023.
Responden dalam survei sebanyak 1.364 yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan bertingkat di 38 provinsi se-Indonesia.
Adapun tingkat kepercayaannya 95 persen dengan margin of error ± 2,65 persen. Kesalahan di luar pemilihan sampel mungkin terjadi.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)