Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Ungkap Alasan Pemilih Rasional Bakal Mendekat ke Ganjar-Mahfud Buntut Hasil Putusan MK

Pengamat politik menilai hasil akhir dari sidang itu berpeluang membuat para pegiat demokrasi bergeser mendukung Ganjar-Mahfud

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Pengamat Ungkap Alasan Pemilih Rasional Bakal Mendekat ke Ganjar-Mahfud Buntut Hasil Putusan MK
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Bakal Calon Presiden Ganjar Pranowo dan Bakal Calon Wakil Presiden Mahfud MD menyapa relawan saat menuju Gedung KPU, Jakarta, Kamis (19/10/2023). Pasangan Ganjar dan Mahfud MD menjadi pasangan kedua yang mendaftar di KPU sebagai Calon Presiden dan Wakil Presiden 2024 yang diusung empat partai yakni PDI Perjuangan, PPP, Partai Perindo, dan Partai Hanura. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Berdasarkan Hasil Survei Charta Politika Indonesia periode 26 - 31 Oktober 2023, sebanyak 48,9 persen responden menilai Gibran Rakabuming Raka tidak pantas menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) mendampingin Prabowo Subianto. 

Jumlah tersebut menilai Gibran masih terlalu muda dan belum memiliki pengalaman menjadi pejabat publik 55,4 persen.

Selain itu, mayoritas responden 59,3 persen menyatakan tidak setuju dengan praktik politik dinasti dan menyebut pencalonan Gibran yang merupakan anak Presiden Joko Widodo sebagai bentuk dinasti politik sebanyak 49,3 persen.

Ade menilai isu politik dinasti saat ini masih jadi diskursus di kalangan elite.

Namun demikian, Ade berpendapat kalangan pro-demokrasi potensial bergerak dalam upaya memupus mimpi Jokowi membangun dinasti politik. 

Syaratnya, harus terbangun kesadaran publik mengenai bahaya dinasti politik Jokowi terhadap nilai-nilai demokrasi. 

Jika dukungan dari kelas menengah dan lembaga swadaya masyarakat kuat, Ade meyakini kelompok intelektual organik bakal mengorganisasi massa untuk memprotes skandal MK, dugaan keterlibatan Jokowi, dan juga pencalonan Gibran. 

Berita Rekomendasi

"Selain itu, juga dipengaruhi oleh peranan media massa dalam membentuk kesadaran kritis publik. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi, maka opini yang terbangun akan tenggelam seiring dengan waktu dan isu lain yang lebih besar," jelas Ade.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas