Hashim Sebut Kabar Korupsi di Kemenhan Bukan Hal Baru: Saya Sudah Ungkap Dari 3 Tahun Lalu
Hashim Djojohadikusumo buka suara soal pernyataannya terkait adanya korupsi di Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adik dari Menteri Pertahanan sekaligus capres nomor urut 2 Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo buka suara soal pernyataannya terkait adanya korupsi di Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Soal kabar dugaan korupsi yang disampaikannya itu, Hashim mengatakan, bukan merupakan hal baru.
Ia menyebut, telah mengungkapkan hal tersebut sejak 3 tahun lalu.
Namun, menurutnya, tak menjadi perhatian publik saat itu.
"Mengenai korupsi itu, itu bukan hal baru. Itu banyak komentar saya lihat, 'oh ini hal baru'. Saya sudah bicara itu 3 tahun lalu," ucap Hashim, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Jumat (17/11/2023).
"Saya sudah ungkapkan itu 3 tahun lalu. Tapi ternyata dari banyak pengamat itu tidak diperhatikan atau diabaikan," sambungnya.
Baca juga: Hashim Djojohadikusumo: Saya Dengar Bu Khofifah Menyatakan Masuk ke TKN
Ia mengungkapkan, pernyatannya terkait isu korupsi di Kemenhan itu disampaikan Hashim di Kompas TV.
"Ada di YouTube, bulan Agustus atau September, saya sudah sebut itu. Itu ada di Kompas TV. Tapi sayangnya waktu itu enggak diperhatikan ya," jelasnya.
Sebelumnya, dikutip dari WartaKotaLive.com, upaya perampokan uang negara melalui Kementerian Pertahanan melalui praktik korupsi diungkap Hashim Djojohadikusumo.
Adik kandung Menteri Pertahanan sekaligus calon presiden Prabowo Subianto itu menyebut angka hingga Rp 51 triliun.
Menurutnya korupsi sejumlah itu sangat gila, bahkan lebih dari gila.
Baca juga: Hashim Djojohadikusumo Jawab Tuduhan Fitnah Prabowo Sogok Uang ke Budiman Sudjatmiko Cs
"Ini sudah level gila, mungkin gilanya gila. Upaya mark up pembelian senjata gila-gilaan," kata Hashim.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini kemudian mengungkapkan ada kontrak pembelian senjata yang nilainya mencapai Rp 51 triliun.