Pertaruhan Capres-Cawapres Terhadap Masalah Stunting
Pada masa kampanye Pilpres 2024, stunting menjadi perhatian para Capres-Cawapres lewat programnya untuk semaksimal mungkin menekan angka penyebaran
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Permasalahan stunting menjadi kondisi yang serius pada sektor kesehatan.
Pakar kesehatan masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Prof dr Endang Achadi, mengatakan stunting tidak sama dengan anak yang pendek karena faktor genetik atau kerdil.
"Stunting bukan semata pada ukuran fisik pendek, tapi lebih pada konsep bahwa proses terjadinya stunting bersamaan dengan proses terjadinya hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ lainnya, termasuk otak, jantung, ginjal dan lain-lain," kata Endang, belum lama ini.
Pada masa kampanye Pilpres 2024, stunting menjadi perhatian para Capres-Cawapres lewat programnya untuk semaksimal mungkin menekan angka penyebaran.
Seperti yang telah capres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo, yang menyoroti stunting di Nusa Tenggara Timur belakangan ini.
Baca juga: Hendropriyono Temui Prabowo di Kantornya, Ada Apa?
Menurutnya, stunting merupakan persoalan serius di daerah itu selain persoalan lain seperti ketersediaan air bersih dan perdagangan orang.
Stunting ditandai dengan penampilan fisik yang pendek.
Namun, tidak semua anak yang berpenampilan pendek dicap sedang mengalami stunting.
Dalam orasi kampanye di Kupang, Ganjar mengatakan, penurunan angka stunting, khususnya di NTT, menjadi perhatian serius dia dan Mahfud MD.
Dia menargetkan angka stunting turun di bawah 9 persen di NTT, jika dia dan Mahfud MD, terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden, dalam Pilpres tahun depan.
Ganjar melanjutkan, target tersebut dapat diwujudkan dengan memberi dukungan gizi dan akses layanan kesehatan kepada perempuan selama masa kehamilan dan menyusui.
Dia melanjutkan, cara lain mengatasi stunting adalah dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai bayi menginjak usia 6 bulan dan juga melakukan sosialisasi pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sehat untuk mendukung pertumbuhan bayi.
Menurut Ganjar, solusi mengatasi stunting hanya mungkin terwujud, jika di setiap desa tersedia Fasilitas Kesehatan (Faskes) dan Tenaga Kesehatan (Nakes) seperti bidan dan dokter.
“Stunting itu soal akses kesehatan yang mestinya dibikin satu puskesmas di satu desa atau Pustu (Puskesmas Pembantu) yang dilengkapi satu nakes dan dokter. Itu meski kita wujudkan sehingga mereka dapat menangani pola ibu mengandung sampai melahirkan seribu hari pertama,” papar Ganjar.