Budiman Sudjatmiko Sebut Prabowo Bukan Kriminal HAM, Dibela Andi Arief hingga Dituduh Racuni Gen Z
Ketua Dewan Pakar Tin Kampanye Nasional Prabiwo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Budiman Sudjatmiko menyampaikan pernyataan bahwa Prabowo bukan krimin
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pakar Tin Kampanye Nasional Prabiwo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Budiman Sudjatmiko menyampaikan pernyataan bahwa tidak ada bukti secara hukum yang menyebut Prabowo Subianto sebagai kriminal pelanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
Berbagai komentar merespons ucapan Budiman tersebut.
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) sekaligus mantan Sekretaris Jenderal Partai Rakyat Demokratis (PRD) Peter Petrus Hariyanto menilai Budiman telah meracuni generasi muda.
Pernyataan itu disampaikan Petrus dalam wawancaranya kepada Jurnalis KompasTV, Thifal Solesa Waldi, Selasa (12/12/2023).
“Bud kamu telah meracuni generasi muda saat ini dengan narasi-narasimu tentang lupakan apa yang dilakukan oleh Prabowo Subianto di masa lalu,” ucap Petrus.
“Dengan narasi-narasimu Prabowo tidak melakukan pelanggaran HAM, tidak pernah dinyatakan bersalah secara hukum, dia menjalankan tugas negara, dia adalah pemimpin strategis, itu narasi-narasi meracuni generasi Z.”
Bagi Petrus, yang ada di kepala Budiman saat ini hanyalah soal memenangkan Pilpres 2024 dengan calon yang diusungnya yakni Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
“Kamu sekarang mencoba meracuni 55 persen lebih generasi muda yang saat ini akan menjadi pemilih. Di kepalamu sekarang hanya ada urusan menang kalah, menafikan itu semua Bud,” kata Petrus.
“Kamu meneguhkan kekebalan hukum Prabowo, meneguhkan politik impunitas dan celakanya ini bukan hanya meneguhkan imunitas kepada Prabowo Subianto tetapi meneguhkan impunitas bagi pelanggar HAM berat masa lalu lainnya, jenderal-jenderal lainnya.”
Pada akhirnya, kata Petrus, pelanggaran HAM berat masa lalu akan semakin susah dan ditenggelamkan.
“Kasus pembunuhan Munir, kasus 27 Juli, jenderal-jenderal ini sekarang ada bergabung bersama koalisi Indonesia Maju, bersama dirimu, bersama kau yang telah mencuci dosa-dosa mereka Bud.”
Dibela Andi Arief
Sementara itu, Ketua Bappilu Partai Demokrat (PD) Andi Arief menilai isu pelanggaran HAM selalu dikaitkan dengan Prabowo Subianto di musim pemilu.
"Saya hadir dan mengerti yang @budimandjatmiko dan kawan-kawan maksud. Kenapa responsnya seperti cacing kepanasan dan kasar," kata Andi melalui akun X, dikutip Rabu (13/12/2023).
Andi lantas bertanya soal apa yang sudah dilakukan mereka yang selalu mengungkit isu untuk korban pelanggaran HAM.
"Memangnya apa penderitaan dan apa yang telah dilakukan buat kawan-kawan saya yang belum kembali," tutur Andi.
"Apa yang sudah pernah dilakukan terhadap kami kecuali hiasan 5 tahunan?" sambungnya.
Baca juga: Budiman Sudjatmiko: Prabowo Gibran Akan Perjuangkan Hak Asasi Digital
Diberitakan sebelumnya, Budiman mengatakan Prabowo pun sudah menjadi bagian dari demokrasi dalam 25 tahun terakhir.
"Pak Prabowo fit, tidak ada bukti secara hukum yang mengatakan beliau adalah kriminal. Dan secara politik, beliau sudah jadi bagian dari proses demokrasi sejak 25 tahun lalu hingga sekarang," ujar Budiman dalam jumpa pers di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Jakarta Selatan, Senin (11/12/2023).
Budiman menjelaskan, secara politik, Prabowo sudah pernah menjadi cawapres Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri pada Pemilu 2009 silam.
Artinya, kata dia, pihak-pihak yang saat ini menjadi kompetitor pun pernah mengakui bahwa Prabowo tidak memiliki masalah karena berani menggandengnya maju pilpres.
"Pernah menjadi cawapres Megawati, dan 2 kali sebagai capres, artinya sudah disahkan secara UU, sistem kepemiluan," ujarnya.
Lebih lanjut, Budiman mengungkit momen yang terjadi pada tahun 1998 silam. Kala itu, ia sebagai aktivis berada di pihak yang ingin Indonesia lebih demokratis.
Sedangkan Prabowo sebagai Komandan Kopassus berada pada posisi yang hanya menjalankan tugas negara.
"Kami menjalankan tugas sejarah, Pak Prabowo menjalankan tugas negara. Kedua-duanya untuk menjaga Indonesia," kata Budiman.
"Tahun 98 tugas sejarah dan tugas negara ada dalam posisi berhadapan. Karena pada waktu itu negara otoriter, menolak untuk melakukan perubahan dengan cara baik-baik sehingga terpaksa kami melakukan terobosan dan perlawanan," sambungnya.
Kini 25 tahun berlalu, Budiman menyebut sosok-sosok yang saat itu menjalankan tugas sejarah dan negara ingin persatuan. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan politikus PDI-P Budiman Sudjatmiko.
Pertemuan itu berlangsung di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (18/7/2023).
Budiman menekankan mereka menginginkan Indonesia yang lebih kuat, lebih bersih, dan bisa menghadapi tantangan global.
"Kami merasa bahwa Pak Prabowo dan Mas Gibran adalah representasi keberlanjutan maupun penyempurnaan dari apa yang sudah dibangun 25 tahun terakhir ini. Untuk itu kami merasa bahwa persoalan-persoalan yang berkaitan dengan isu-isu 25 tahun lalu yang membuat kami berhadapan, sudah diselesaikan secara politik dan hukum," imbuh Budiman.
Adapun dalam kesempatan ini, TKN Prabowo-Gibran mengumpulkan sejumlah aktivis dan korban penculikan 98. Selain Budiman Sudjatmiko, ada pula nama lain misalnya Andi Arief dan Agus Jabo.
Lalu, ada juga pegiat antikorupsi Irma Hutabarat, pegiat HAM Natalius Pigai, dan aktivis NGO Rachland Nashidik.
Rekam Jejak Budiman Sudjatmiko
Lahir pada tanggal 10 Maret 1970 di Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, Budiman Sudjatmiko tumbuh besar di tengah keluarga yang menanamkan nilai-nilai kegamaan, nasionalisme dan kepedulian.
Sejak bangku SMP, ia aktif dalam berbagai kegiatan diskusi dan organisasi.
Sebelum terjun ke dunia politik, ternyata Budiman Sudjatmiko lebih dulu menerjunkan diri ke sebuah organisasi yang fokus pada proses pemberdayaan politik, organisasi dan ekonomi di kalangan petani dan buruh perkebunan di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Alumnus Fakultas Ekonomi UGM ini pernah dituduh mendalangi gerakan menentang Orde Baru.
Ia bahkan pernah divonis dengan hukuman 13 tahun penjara.
Baca juga: Budiman Sudjatmiko: Prabowo-Gibran Adalah Pilihan Rekonsiliasi dan Persatuan untuk Kemajuan
Budiman Sudjatmiko adalah sosok yang meyakini, bahwa dalam kehidupan politik kita, keberanian, kesederhanaan dan solidaritas akan membuat banyak hal yang baik menjadi mungkin.
Baginya menjadikan tubuh sebagai rumah bagi ide- ide besar adalah hal yang utama.
Ia selalu berusaha memelihara keberanian dalam memperjuangkan hal-hal yang saya yakini kebenarannya.
"Bagi saya, berpolitik adalah memperjuangkan dan membuat keputusan bagi perbaikan kondisi hidup rakyat," ungkap Budiman Sudjatmiko dalam situs miliknya, budimansudjatmiko.net.
Perjalanan Karier
Mengutip TribunnewsWiki.com, mengawali kariernya sebagai seorang aktivis, Budiman Sudjatmiko dikenal sebagai politikus dan anggota DPR RI dari PDI Perjuangan.
Sebelumnya, pada tahun 1996, Budiman Sudjatmiko mendeklarasikan Partai Rakyat Demokrasi (PRD) Partai Rakyat Demokratik.
Ia saat itu menjabat sebagai Ketua Umum Partai Rakyat Demokrat.
Dari pembentukan partai tersebut, ia dipenjara oleh pemerintah Orde Baru dan divonis 13 tahun penjara lantaran dianggap menjadi dalang yang memicu kerusuhan di Jakata pada 27 Juli 1996.
Setelah bebas, Budiman Sudjatmiko menempuh studi di bidang Ilmu Politik di Universitas London dan melanjutkan kuliah masternya di Universitas Cambridge.
Saat kembali ke Indonesia, Budiman Sudjatmiko bergabung dengan PDI Perjuangan.
Budiman Sudjatmiko juga membentuk organisasi REPDEM (Relawan Perjuangan Demokrasi).
Tahun 1996-2001 ia tergabung dalam Divisi Ormas Badan Pemenangan Presiden PDI Perjuangan.
Pada tahun 2009, Budiman Sudjatmiko terpilih sebagai anggota DPR RI dengan dapil Jawa Tengah.
Budiman Sudjatmiko pun kembali terpilih sebagai anggota DPR RI periode 2014-2019.
Pada Pilpres 2019 kemarin, ia didapuk sebagai Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin. (*)