Projo Tegaskan Tak Ada Dorongan dari Jokowi soal Narasi Menang Satu Putaran untuk Prabowo-Gibran
Panel menegaskan, alasan pihaknya menargetkan Prabowo-Gibran menang sekali putaran dilandaskan pada keyakinan pihaknya kepada pasangan nomor urut 2
Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Muhammad Zulfikar
Rasa optimistis Budiman itu disampaikan bukan tanpa alasan, dirinya menyinggung soal kondisi dinamika geopolitik ke depan yang tidak pasti.
Terlebih kata dia, di tahun 2024 ini akan ada puluhan negara di dunia yang juga melakukan pemilu dengan mengganti kepala negara nya yang secara garis besar belum terlihat arah politik luar negeri dari masing-masing negara tersebut.
Menurut aktivis 98 itu, Indonesia harus dapat memanfaatkan waktu dengan memaksimalkan pergantian kepala negara secepatnya, atau dalam artian hanya dengan pemilu sekali putaran.
"Taiwan akan pemilu Januari, Russia akan pemilu 2024, India akan pemilu April, USA akan pemilu November, Inggris akhir 2024. saya menghitung ini karena ada 50 negara yang diantaranya yang strategis itu masih juga nggak tahu mau diarahkan politik luar negerinya," kata Budiman dalam diskusi bertajuk 'Spirit Perjuangan Pilpres Sekali Putaran' di Rumah Besar Relawan Prabowo-Gibran, Slipi, Kamis (4/1/2024).
"Sehingga teman-teman sekalian ketidakpastian nya sangat tinggi.
Sehingga bayangkan Andai kita dikutuk sejarah untuk pemilu 2 putaran, karena artinya kita menyia-nyiakan waktu," sambung dia.
Kondisi tersebut yang menurut Budiman, Prabowo menjadi sosok yang layak untuk memimpin bangsa Indonesia.
Kata dia, latar belakang serta pengalaman Prabowo Subianto digadang mampu untuk menghadapi kondisi geopolitik, geostrategi maupun geoekonomi yang belum pasti tersebut.
"Pemilihan terhadap pak Prabowo itu jelas, bahwa dalam situasi ketidakpastian yg tinggi maka yg bisa mengobati itu pak Prabowo. Situasi sedang tidak pasti, maka yg bisa mengobati adalah pengalaman," kata dia.
Tak cukup di situ, Budiman juga turut menyinggung projek atau legacy dari pemerintahan Presiden Jokowi yang akan jatuh atau tidak jalan jika bukan Pranowo yang menjadi presiden berikutnya.
Sebab, dirinya mengklaim kalau negara di beberapa dunia telah melihat kalau Prabowo Subianto merupakan tindak lanjut dari Presiden Jokowi.
"Sehingga diharapkan ketika pak Prabowo menang di satu putaran, intelijen dunia tau kok kalau pak Prabowo, pak Jokowi berkenan sehingga negara-negara lain melihat pak Jokowi masih punya nilai," kata dia.
"Andai pemenangnya di bulan Februari bukan pak Prabowo, sementara pak Jokowi masih menjabat sampai Oktober maka anggaran-anggaran dan saham Pak Jokowi jatuh. Otomatis kalau kepala negaranya jatuh, maka saham juga akan jatuh," sambung Budiman.
Bahkan lebih jauh kata dia, partner strategis Indonesia di dunia akan berubah jika beberapa proyek yang sudah dicanangkan Jokowi tidak dilanjutkan.
"Partner starategis kita akan berubah dalam tatkala perubahan IKN, manakala di dalam soal hilirisasi yang mana harus kita akui masih membutuhkan sahabat-sahabat yang masih bisa diajak ngobrol yang, di negara di mana mereka juga masih belum tahu siapa pemimpinnya," kata dia.