Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Harapan Pedagang ke Ganjar Bisa Turunkan Harga Sembako, Pengusaha Yakin Bakal Perkuat Ekonomi

Fokus Ganjar-Mahfud menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat, didasari pertimbangan bahwa konsumsi rumah tangga menjadi motor penggerak.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Harapan Pedagang ke Ganjar Bisa Turunkan Harga Sembako, Pengusaha Yakin Bakal Perkuat Ekonomi
Tribunnews.com/ Fahmi Ramadhan
Wawancara Capres Ganjar Pranowo. Fokus Ganjar-Mahfud menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat, didasari pertimbangan bahwa konsumsi rumah tangga menjadi motor penggerak. 

Sejam lebih Atikoh berada di pasar dan mengakhiri blusukan untuk menuju Kebun Gede Village di Kecamatan Ilir, Kota Palembang, Sumsel demi bertemu kader penggerak posyandu.

Perkuat Ekonomi Nasional

Program Ekonomi Ganjar-Mahfud mampu menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat dan memperkuat ekonomi nasional.

Pernyataan itu, disampaikan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi BS Sukamdani, yang menjadi Dewan Pakar Bidang Ekonomi dan Bisnis Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, di Jakarta, Jumat (12/1/2024).

Hariyadi mengatakan, fokus Ganjar-Mahfud menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat, didasari pertimbangan bahwa konsumsi rumah tangga menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.

"Indonesia punya kelebihan dibandingkan negara lain, yaitu ekonomi kita 60 persen di-support oleh konsumsi rumah tangga. Ada dari impor dan investasi, dan lain-lain tetapi prosentasenya tidak terlalu besar," kata Hariyadi.

Ia mengatakan yang harus diperkuat adalah ekonomi masyarakat agar mandiri secara ekonomi dan memiliki daya beli tanpa harus ditopang terus-menerus oleh pemerintah melalui bantuan sosial (bansos) atau Bantuan Langsung Tunai (BLT).

"Makanya, program ekonomi Ganjar-Mahfud mendorong sumber daya manusia (SDM) lebih produktif, dan terampil, jadi masyarakat didorong mandiri dalam ekonomi," jelas Hariyadi.

BERITA REKOMENDASI

Dengan kondisi ekonomi global yang tak pasti saat ini, lanjutnya, sangat penting untuk memperkuat ekonomi domestik, apalagi nilai tambahnya memang belum maksimal. Hariyadi menjelaskan, dalam situasi mendesak BLT memang diperlukan untuk menopang daya beli masyarakat. Meski demikian BLT bukan ekonomi produktif dan tidak bisa dilakukan terus-menerus.

"Kasih makan gratis, kasih BLT, mau sampai kapan? Ini bukan ekonomi produktif. Masyarakat harus didorong untuk mandiri secara ekonomi. Inilah yang harus diedukasi ke masyarakat bahwa bukan BLT yang penting, tapi bagaimana kemampuan ekonomi dan daya beli mereka berlanjut," tutur Hariyadi.

17 Juta Lapangan Kerja

Dia menjelaskan, dari beberapa program ekonomi yang diusung Ganjar-Mahfud, salah satu yang langsung dirasakan manfaatnya atau dampaknya oleh masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu program 17 juta lapangan kerja dalam 5 tahun.

Jika di break down, implementasi dari program ini akan melibatkan pemerintah pusat melalui kementerian/lembaga, sektor swasta, hingga pemerintah daerah sampai ke lingkup desa untuk menciptakan mesin industri baru.

Industri digarap pada sektor agro dan kelautan, mineral dan hasil tambang, serta digitalisasi dan transisi energi. Itu sebabnya, Ganjar-Mahfud mendorong hilirisasi pertanian dan kelautan yang belum tergarap optimal, padahal petani dan nelayan ada di seluruh wilayah NKRI.


"Ini memang bukan perkara gampang, tapi bisa didukung pemerintah melalui pola anggaran di APBN. Kalau sekarang ini KPA (key performance area) APBN pada penyerapan atau sisi belanja, Ganjar-Mahfud mendorong KPA APBN lebih ke bagaimana dampak output-nya kepada masyarakat," ungkap Hariyadi.

Dengan demikian, lanjutnya, yang dikejar Kementerian/Lembaga (K/L) bukan lagi bagaimana anggaran habis karena sudah dianggarkan, tetapi output yang dirasakan masyarakat itu seperti apa.

Baca juga: Kadin Ungkap Jumlah Petani Berkurang 1,7 Juta Jiwa, Ganjar Janjikan Modernisasi Pertanian

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas