Timnas AMIN Soroti Gaya Kampanye Prabowo-Gibran Seperti Bongbong Marcos: Yang Ditampilkan Kepalsuan
Timnas AMIN menyebut gaya kampanye Prabowo-gibran tiru Bongbong Marcos demi mengerek popoularitasnya.
Penulis: Reza Deni
Editor: Adi Suhendi
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Timnas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) mengamati cara kerja algoritma Tiktok yang berupaya menggerakkan konten-konten tertentu demi mengerek popoularitas pasangan calon presiden 02 Prabowo Subianto dan cawapres Gibran Rakabuming Raka.
Meski sadar kalah secara trafik dan tren yang direkayasa, Timnas AMIN punya strategi lain agar konten yang diproduksi Timnas maupun jagoan mereka lahir secara organik.
"Apa yang timnas AMIN lihat dari fenomena di TikTok adalah AMIN memulai dengan gagasan yang original dan organik dengan pertumbuhan yang cepat. Bukan mengandalkan ads, tren akun anonim ataupun pengikut berbayar. Jadi apa yang ditampilkan justru akan jadi trendsetter baru," kata Juru Bicara Timnas AMIN, Billy David Nerotumilena, saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (15/1/2024).
Billy mengatakan, Tiktok sebagai korporasi yang beroperasi di Indonesia, bukan tidak mungkin terpengaruh dengan hal-hal bermuatan politik, apalagi di musim Pemilu saat ini.
Kecurigaan korporasi asal Tiongkok itu berpihak kepada calon tertentu, bisa saja didukung pemerintah saat ini bukanlah hal yang tidak mungkin.
Baca juga: Ganjar Usul Debat Pilpres 2024 Bahas Wadas, Timnas AMIN Setuju, Begini Kata Mahfud MD
Namun, di sisi lain Billy tidak ingin berspekulasi terlalu jauh karena lembaga-lembaga independenlah yang akan menilai bahwa algoritma Tiktok telah banyak merekayasa konten selama Pemilu dan menguntungkan paslon yang bersebrangan dengan pemerintah.
"Algoritma sosial media pasti mengarah kepada modal atau investasi serta kepentingan di baliknya. Termasuk dugaan tersebut. AMIN tetap akan mengedepankan orisinalitas, konten yang organik dan bukan hoaks," kata Billy.
"Biarlah rakyat, pers dan lembaga independen yang menilai. Tapi misalkan seperti tren menangis pasca debat itu kan rekayasa masif, karena capres 02 performanya antiklimaks," sambungnya.
Baca juga: Timnas AMIN Minta Debat Cawapres Tak Lagi Pakai Singkatan, TKN: Kita Ikut Aturan KPU Saja
Billy yang juga pernah menjadi pengajar di program Indonesia Mengajar ini khawatir, narasi-narasi yang disampaikan tim atau pasangan 02 dengan joget-joget dan menangis massal akan menurunkan kualitas Pemilu di Indonesia.
Dia sadar, model kampanye ini sudah dipakai oleh Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong dalam pemilihan presiden Filipina 2022 silam.
Publik Filipina dikecohkan lewat propaganda yang berusaha menghapus rekam jejak ayah Bongbong, Ferdinand Marcos, seorang diktator.
Kemenangan Bongbong Marcos diraih tak bisa dilepaskan dari kampanye masif di TikTok yang menyasar generasi muda dan tidak tahu pemerintahan diktator Marcos.
"Yang dirugikan bukan AMIN tapi rakyat, karena yang ditampilkan adalah kepalsuan dan penggiringan persepsi karena citra bukan karena gagasan yang substantif," ujar Billy.