Anang Hermansyah Bicara Kompetensi Moral Ganjar-Mahfud dalam Pemberantasan Korupsi
Anang ungkap kiprah Ganjar di legislatif dan Gubernur Jateng. Menurutnya Ganjar pernah dapat award dari KPK sebagai pelapor gratifikasi terbanyak.
Penulis: Yulis Sulistyawan
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Anang Hermansyah, musisi sekaligus politisi PDI Perjuangan, menilai pasangan calon presiden (capres) Ganjar Pranowo dan calon wakil presiden (cawapres) Mahfud MD paling kompeten jika adu gagasan soal pemberantasan korupsi.
Ia menilai demikian karena pasangan nomor urut 3 tersebut begitu agresif saat dialog mengenai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Saya melihat Pak Ganjar dan Pak Mahfud agresif pada dialog KPK. Dan, ini menjadi kewajiban, bukan lagi sekadar tambahan,” kata Anang di Jakarta, Rabu (17/01/2024).
Anang mengungkapkan, pengalaman Ganjar di lembaga legislatif dan memimpin Provinsi Jawa Tengah, tidak diperoleh secara instan.
Baca juga: VIDEO Anang Hermansyah Masuk Tim Pemenangan Ganjar Pranowo: Bukti Seniman yang Berani Bicara Politik
Begitu juga Mahfud MD, yang memiliki rekam jejak mumpuni, baik di institusi pendidikan tinggi, lembaga legislatif maupun di pemerintahan sebagai pejabat tinggi negara.
Publik bisa menilai komitmen antikorupsi Ganjar-Mahfud dengan menengok pada apa yang telah dilakukan Ganjar-Mahfud selama ini.
“Pak Ganjar ini lho, pernah mendapat penghargaan dari KPK sebagai pelapor gratifikasi terbanyak. Pak Mahfud, kepakaran beliau di bidang hukum. Pasangan ini kompeten karena moral dan pengalamannya yang runut."
"Kalau pengalaman kita tidak runut, rasionalitas bisa mengecohkan dan kaderisasi tergelincir. Penyatuan visi dan kejiwaan itu kan asalnya dari pengalaman. Jadi, menurutku Pak Ganjar dan Pak Mahfud sudah terbentuk untuk menjalankan kebijakan, lebih dari sekadar perubahan,” imbuhnya.
Ia juga menekankan, pemilihan presiden merupakan kontestasi menang dan kalah.
Pada konteks lima tahunan, ia berharap rasionalitas akan menyeimbangkan kekuasaan, sebab, menurutnya, muatan kekuasaan meliputi banyak hal.
“Ada perencanaan pembangunan, politik anggaran dan kebijakan, ini kemudian bisa dibentuk dengan kekuasaan karena Indonesia memilih posisi bukan sebagai kerajaan. Jalur yang kita pilih adalah demokrasi,” tutur Anang.
Anang berpendapat bahwa, mencari pemimpin bukanlah mencari orang baik, namun bagaimana menempatkan orang yang minim melakukan kekeliruan.
“Beda lho damage dan kesalahan. Kalau salah, masih bisa diperbaiki tapi kalau damage, wah kita harus bangun dari awal lagi."
"Kesempurnaan nggak dikasih Tuhan, tapi data empiris Ganjar-Mahfud, menunjukkan mereka layak di situ. Kalau pemimpinnya tidak berpengalaman, yah susah,” tandassnya.