Green Jobs dan Hilirisasi Nikel Terus Digaungkan Gibran Saat Debat, Greenpeace: Tak Nyambung
Industri pertambangan seperti nikel merupakan industri yang rakus terhadap lahan atau industri ekstaktif.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia Sekar Banjaran Aji menyoroti, hilirisasi nikel dan green jobs yang digaungkan oleh capres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka pada debat malam ini, Minggu (21/01/2024).
Menurut dia ada ketidaksinkronan antara kedua program tersebut.
"Tadi Gibran mengatakan soal Green Jobs. Padahal kalau berbicara soal industri nikel, itu termasuk kotor dan tidak ramah lingkungan. Jadi tidak nyambung antara green jobs dan industri nikel itu," tutur Sekar dalam talkshow Tribun Network yang disaksikan via daring, Minggu (21/1/2024).
Baca juga: Jubir TKN Jelaskan Maksud Green Jobs yang Dijanjikan Gibran
Ia menuturkan, industri pertambangan seperti nikel merupakan industri yang rakus terhadap lahan atau industri ekstaktif. Sehingga bisa menambah kerusakan lingkungan kian parah.
Sekar menyebut, di era kerusakan lingkungan yang darurat ini tidak seharusnya paslon menawarkan program industri ekstraktif.
"Kita harusnya berpikir bagaimana bisa mengelola sumber daya alam yang ada di tengah kondisi krisis lingkungan yang ada ini. Panas meningkat tapi kita tetap bisa produktif," ujar dia.
"Saya kecewa sangat kecewa, kenapa kita harus terus terusan industri ekstraktif, karena itu jelas merugikan lingkungan," lanjut Sekar.
Sebelumnya dalam pembuka debat pilpres keempat ini, walikota Solo itu menyampaikan komitmen jika terpilih akan membuka lapangan kerja sebanyak 5 juta diantaranya green jobs.
Adapun green jobs merupakan jenis pekerjaan yang ramah lingkungan.
"Insya Allah akan terbuka 19 juta peluang pekerjaan untuk generasi pemuda dan perempuan. Sebanyak lima juta diantaranya adalah Green Jobs," tutur Gibran.
Hal senada juga disampaikan, Jubir Timnas AMIN Tatak Ujiyati.
Pihaknya tak setuju soal hilirisasi yang selau digaungkan. Ada dampak buruk yang harusnya jadi perhatian bersama.
Selain merusak lingkungan, dampak sosial dari kemunculan hilirisasi juga sangat dirasakan masyarakat sekitar pertambngan nikel misalnya di Morowali.
"Hilirisasi nikel jelas merusak lingkungan. Juha ada dampak sosial yang dirasakan masyarakat. Kita tau bahwa tenaga kerja di Morowali itu banyak tenaga kerja asing. Bahkan untuk pekerjaan yang tidak ahli. Dan itu sangat merugikan masyarakat lokal, dimana mereka kehilangan kesempatan kerja. Jadi itu dampak buruk soal hilirisasi nikel ini," tutur Tatak.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.