Etika Gibran dalam Debat Cawapres Disinggung TPN Ganjar-Mahfud dan Timnas AMIN
Penampilan cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, dalam debat menjadi sorotan. TPN Ganjar-Mahfud dan Timnas AMIN singgung soal etika.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Penampilan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, dalam debat cawapres menjadi sorotan.
Selama debat, Gibran beberapa kali mengeluarkan gimik kepada lawan debatnya, yaitu cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD.
Sikap putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu pun dikomentari oleh Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud dan Tim Nasional Pemenangan Anies-Muhaimin (Timnas AMIN).
Komentar TPN Ganjar-Mahfud
Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto, Gibran kurang beretika dalam debat semalam.
"Yang terlihat tadi malam di debat, Gibran kurang etika, gestur yang kurang pas dan berupaya memancing emosi," kata pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris TPN Ganjar-Mahfud itu dalam keterangannya, Senin (22/1/2024).
Hasto menyayangkan sikap Gibran sebab menurutnya debat mestinya menjadi tempat adu gagasan, bukan ajang gimik.
"Kita sayangkan kekhimatan dan keseriusan debat yang harusnya untuk menjelaskan visi-misi dan gagasan besar malah dijadikan ajang gimik sekadar menjatuhkan atau merendahkan calon lain," ujarnya.
Hal ini, sambung politisi asal Yogyakarta itu, berbeda dengan apa yang ditunjukkan oleh Cak Imin dan Mahfud MD.
Keduanya mampu menjaga maruah debat dengan menunjukkan sikap keseriusan ketika bertanya maupun menjawab pertanyaan.
Lebih lanjut, dia pun kembali mempertanyakan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal batas usia capres-cawapres yang mengalami perubahan pada akhir tahun lalu.
Baca juga: Strategi Gibran di Debat Jadi Sorotan, Siasat Pertahankan Cara Lama hingga Kalimat yang Merendahkan
"Dulu, usia 40 tahun untuk capres dan cawapres diputuskan dengan mempertimbangkan kematangan emosi calon pemimpin nasional. Namun, keputusan Mahkamah Konstitusi mengubah hal itu," jelasnya.
Baginya, debat bukan hanya soal singkatan atau gimik, melainkan juga substansi.
Di sisi lain, Hasto menyayangkan bagaimana Gibran sepertinya lebih membela korporasi nikel daripada membela kepentingan rakyat.
"Mas Gibran seperti ada persoalan pribadi dengan Tom Lembong. Itu kurang etis."