Kritisi Impor Pangan Pemerintah, Mahfud MD Ungkit Konsep Tri Sakti Bung Karno
Mahfud MD menyoroti masih tingginya impor pangan yang dilakukan oleh pemerintah pada debat cawapres, ia menyinggung konsep Tri Sakti Bung Karno
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Nanda Lusiana Saputri
Era digital membawa perubahan yang sangat cepat dan signifikan.
Berita dan informasi tersaji secara waktu nyata (real time), beragam aspek dapat langsung menyentuh ke masyarakat, sebut saja: budaya, ekonomi, politik, olahraga, sosial, dan lain-lain dari seluruh penjuru Indonesia bahkan dunia.
Suatu kondisi yang menguntungkan sekaligus dapat menjadi potensi ancaman dalam pembangunan bangsa.
Saat ini, Indonesia sedang menuju ke era Indonesia Emas tahun 2045.
Di tahun 2030, Indonesia diprediksi mengalami puncak bonus demografi.
Kondisi di mana penduduk usia produktif (15-60 tahun) mencapai hingga 190 juta atau 69,3 persen.
Jika potensi ini dikelola baik, maka akan menjadi modal penting menuju Indonesia Emas 2045 dan Indonesia naik peringkat menjadi negara maju.
Tapi jika gagal mengelola, akan terjadi petaka demografi dengan beragam permasalahan sosial.
Dengan berbagai kondisi dan kemungkinan itu, Indonesia harus dapat merespon dengan cepat dan memastikan strategi yang tepat sehingga mampu mengambil keuntungan dari perubahan dunia, bukan sebaliknya kalah oleh perubahan.
Berikut Gagasan 3 Cawapres soal Lingkungan Hidup
1. Cak Imin
Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyatakan, pemerintah telah gagal menghentikan kerusakan hutan dan food estate.
Hal itu menjawab pertanyaan yang dilontarkan Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD menyoal pemerintah gagal menghentikan kerusakan hutan dan food estate sesuai dengan penilaian WALHI dan Greenpeace.
"Sampai hari ini saya setuju dengan Pak Mahfud tidak ada keseriusan dan kesungguhan untuk itu. Bahkan mau menyediakan pangan nasional saja kenapa tidak melibatkan petani, malah juga melakukan penggundulan hutan dan gagal lagi," kata Cak Imin.
"Karena apa, karena tidak melibatkan masyarakat adat setempat juga tidak melibatkan para petani, bahkan merusak keanekaragaman hayati kita," imbuh dia menegaskan.