Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rival Khofifah Indar Parawansa Endus Ada Peran Parcok di Pilkada Jatim, Luluk: Khususnya Kabupaten

Luluk Nur Hamidah mengungkap pihaknya tidak memungkiri adanya pelibatan aparat negara atau dalam hal ini partai cokelat (Parcok) di kontestasi Pilkada

Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Rival Khofifah Indar Parawansa Endus Ada Peran Parcok di Pilkada Jatim, Luluk: Khususnya Kabupaten
Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra]
Kontestan Pilkada Jawa Timur nomor urut 01 Luluk Nur Hamidah menyampaikan alasan partainya tidak melayangkan sengketa hasil Pilkada ke Mahkamah Konstitusi RI (MK). Luluk Nur Hamidah mengungkap, pihaknya tidak memungkiri adanya pelibatan aparat negara atau dalam hal ini partai cokelat (Parcok) di kontestasi Pilkada Jawa Timur kemarin. 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kontestan Pilkada Jawa Timur 2024 nomor urut 01 Luluk Nur Hamidah mengungkap, pihaknya tidak memungkiri adanya pelibatan aparat negara atau dalam hal ini partai cokelat (Parcok) di kontestasi Pilkada Jawa Timur kemarin.

Kontestan yang diusung dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menyebut, dirinya mendapatkan laporan demikian melalui para kader PKB dan juga pendukungnya.

Baca juga: Dituding Menang Pilkada Sumut karena Parcok, Begini Jawaban Bobby Nasution

Pengaruh parcok tersebut kata Luluk menang sejatinya besar terjadi untuk pemilihan Bupati.

"Ya beberapa laporan ya di akar rumput memang ada sinyal seperti itu, khususnya sih yang memang kita terima laporannya terjadi di beberapa pilkada khususnya kabupaten," kata Luluk saat ditemui awak media di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (13/12/2024).

Baca juga: Respons Kapolri soal Isu Parcok Intervensi Pilkada 2024: Saya Bukan dari Partai

Hanya saja kata Luluk, bukan tidak mungkin kalau peran dari parcok dalam Pilkada kabupaten kota itu memiliki pengaruh pada kontestasi pemilihan gubernur.

Pasalnya, ada beberapa Paslon bupati-wakil bupati maupun walikota-wakil walikota yang partainya beririsan dengan partai pengusung dari cagub-cawagub.

Berita Rekomendasi

"Nah hanya saja memang pilkada kabupaten ini ada yang kemudian beririsan dan juga bersinggungan dengan pilihan gubernur begitu karena memang masing-masing dari kami ini kebetulan kan juga punya calon-calon yang kontestasi di pilihan kabupaten ya baik itu sebagai pilbup atau kemudian sebagai calon wali kota gitu," kata dia.

Jika peran dari parcok tersebut masif dilakukan maka kata dia, akan secara pasti berpengaruh signifikan terhadap perolehan suara paslon lainnya.

"Maka ini ya pasti kemudian memberikan cukup signifikan dampak dan pengaruh lah kepada elektoral dan kemudian juga ya situasi yang memang relatif tidak kondusif," ujar Luluk.

Terlebih, dirinya mengungkap kalau sempat tersiar adanya narasi permohonan untuk memilih salah satu Paslon kepala daerah dengan konsekuensi yang dihadapi jika tidak menaati.

Hanya saja, Luluk tidak membeberkan secara detail pihak mana yang secara terang-terangan memberikan pernyataan tersebut.

"Apalagi kemudian ada semacam statement, oke kalau mau aman harus pilih ini, kalau mau kondisi baik-baik pilih ini, kalau kamu mau dipanggil maka harus memenangkan calon tertentu dan ini biasanya kan unsur-unsur ASN atau kemudian unsur misalnya kepala desa atau perangkat desa. Jadi ini masih ternyata berlaku," kata dia.

Baca juga: Tim Hukum PDIP Siapkan Saksi dan Bukti Dugaan Keterlibatan Parcok di Pilkada 2024 untuk Dibawa Ke MK

Ke depan, Ketua DPP PKB itu berharap agar praktik yang dapat mencederai proses demokrasi tersebut bisa dihentikan.

Harusnya menurut Luluk, pemahaman masyarakat Indonesia yang makin baik bisa mendorong terjadinya demokrasi yang lebih matang dan sehat.

"Harus menjadi PR kita bersama sekali lagi bagi masyarakat Indonesia mohon di manapun Pilkada ini diselenggarakan ayo dong kita akhiri bareng-bareng," tandas dia.

Meski mengetahui adanya peran dari aparat negara dalam Pilkada, namun Luluk memastikan kalau PKB tidak akan melayangkan gugatan sengketa hasil pemilu ke MK RI.

Luluk menyatakan, sejatinya PKB sudah memahami soal tidak mudahnya membuktikan gugatan di MK, hak itu berkaca dari Pilpres 2024 lalu.

"Ya ini mungkin pilihan ya bagi PKB di Jawa Timur, karena belajar dari pengalaman Pilpres kemarin juga sangat tidak mudah untuk membuktikan (kecurangan) mencari keadilan," ujar Luluk.

Meski begitu kata Luluk, pihaknya memberikan catatan kritis terkait penyelenggaraan Pilkada Jawa Timur 2024. 

Adapun persoalan yang disorot oleh Luluk yakni maraknya terjadi politik uang atau money politic.

"Masih terjadinya ya praktek-praktek money politic yang sangat masif dan cenderung agak terstruktur, sistematis masifgitu, karena melibatkan berbagai aktor dan itu terjadi hampir merata di seluruh Kabupaten," ungkapnya.

Bahkan Luluk mengakui, kegiatan politik uang itu dilakukan secara terang-terangan oleh lawan poltiknya.

Kata dia, praktik tersebut tidak hanya digerakkan saat malam hari, melainkan juga pada siang hari.

"Yang sangat prihatin karena ini kemudian dianggap sebagai sesuatu yang sangat normal, dan itu juga dilakukan bukan hanya di dini hari atau di tengah malam bahkan ada yang terang-terangan dilakukan di siang hari dan seterusnya," tukas dia.

 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas