Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kasus Video Porno, Sekolah Jangan Cuci Tangan

Kepala sekolah jangan cuci tangan atas kasus ini. Seharusnya dia mengawasi atas fungsi manajemen pengawasan yang rusak

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Kasus Video Porno, Sekolah Jangan Cuci Tangan
net
Arist Merdeka Sirait 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait menuturkan, terkait kasus pelecehan seksual terhadap AE, siswi SMP Negeri di Jakarta Pusat, pihak sekolah harus segera memberikan tindakan tegas pada teman-teman yang mem-bully AE.

Menurutnya, saat pihak sekolah sudah mengetahui peristiwa bejat para muridnya, namun tak menyampaikannya kepada orang tua AE. Pihaknya pun meminta Dinas Pendidikan DKI Jakarta, agar mengevaluasi manajemen sekolah.

"Kepala sekolah jangan cuci tangan atas kasus ini. Seharusnya dia mengawasi atas fungsi manajemen pengawasan yang rusak," kata Arist, di kantor Komnas PA, Jalan TB Simatupang, Jakarta Timur, Selasa (29/10/2013).

Dirinya menanggap manajemen sekolah. gagal, karena mereka (termasuk kepala sekolah) dinilai hanya mempertahankan kualitas atau nama baik sekolah saja.

"Jangan hanya memikirkan kecerdasan intelektualitas hanya untuk mencapai target yang diinginkan. Tapi pikirkan pula soal moralitas anak," tegasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, orang tua AE, melaporkan bahwa anaknya dipaksa melakukan oral seks dengan adik kelasnya FP sembari direkam oleh teman-temannya dengan ancaman senjata tajam, pada Jumat (13/10/2013) lalu.

Berdasarkan keterangan ortu AE, kronologi kejadian berawal ketika AE diajak temannya berinisial A untuk bertemu dengan teman lainnya berinisial CN, CD, DN, IV, dan WW, di salah satu ruang kelas, pada saat pelajaran sekolah usai.

Berita Rekomendasi

Namun ketika korban masuk kelas, selain ada teman-temannya, ternyata ada juga adik kelas mereka berinisial FP.

Kemudian A menyuruh AE melakukan oral seks kepada FP. Sementara, teman-teman lainnya menyaksikan. Bahkan ada yang merekam menggunakan video telepon seluler. Saat melakukan itu, menurut Ortu AE, anaknya diancam menggunakan senjata tajam jenis pisau.

Rikwanto menyampaikan, sejumlah siswa memang telah membuat rencana, bahwa setelah pelajaran sekolah rampung, mereka mencari kelas yang kosong dan melakukan perbuatan itu.

Bahkan, kata Rikwanto, hal ini sudah dilakukan para siswa itu terhadap AE sebanyak 3 kali.

"Setelah sekolah bubar dan murid-murid lainnya pulang, mereka tetap tinggal di tempat dan mencari kelas yang kosong. Itu sudah dilakukan tiga kali dalam kurun waktu yang berbeda," ungkap Rikwanto.

Terakhir, tambah Rikwanto, dilakukan pada 9 Oktober, dengan kelompok yang sama dan pemeran yang sama.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas