Prihatin Gaji Tukang Sapu Cuma Rp 700 Ribu, Wanita Ini Bersiasat Menolong Mereka
Berawal dari prihatinnya pada nasib tukang sapu jalanan yang bergaji cuma Rp 700 ribu per bulan, wanita ini bersiasat menolong mereka.
Editor: Agung Budi Santoso
Haniva Azzahra
TRIBUNNEWS.COM - Berawal dari beasiswa program kepemimpinan yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia (UI), Haniva Az Zahra dituntut membuat program social entreupreneur. Itu membuat mahasiswa lulusan Psikologi, UI ini menjadi seseorang yang lebih peduli pada kondisi sekitar.
Wanita berhijab yang akrab dipanggil Zahra ini bersama lima teman lainnya di UI pun memutuskan untuk memberdayakan ibu-ibu yang mencari nafkah dari pekerjaan menyapu jalan di sekitar kampusnya. "Mereka itu gajinya kecil. Hanya sekitar Rp 700.000 per bulan," ungkap Zahra.
Dia membuat bisnis kerajinan tangan buket bunga berbahan dasar kain flanel. Ide tersebut ia dapatkan dari salah seorang anggota bisnisnya yang bernama Rahma Ayudya. Rahma memang hobi membuat kerajinan tangan.
Flo Hope, singkatan flower of hope, dia pilih sebagai mereka dagang. Dia berharap, bisnis bunga ini membawa berkah dan menumbuhkan harapan para ibu itu.
Sebelum produksi, mereka melakukan seleksi kepada ibu-ibu penyapu jalan yang memang tulang punggung keluarga. Setelah itu mereka mulai memberi pelatihan kepada enam ibu-ibu. Setiap peserta akan mendapatkan modal Rp 500.000 untuk membuat bunga flanel.
Setiap dua minggu sekali, Zahra dan teman-teman akan mengambil buket bunga yang telah dibuat dan dirangkai dan memberikan tambahan bahan untuk dikerjakan kembali.
Kain flanel selebar 1 meter persegi (m²) akan menghasilkan sekitar 45 tangkai-60 tangkai bunga. Mereka akan mendapatkan upah sebesar Rp 2.000 per tangkai bunga. Jadi, mereka akan mendapat upah sekitar Rp 90.000−Rp 120.000 per dua minggu.
Kemudian, satu buket bunga dijual Rp 65.000-Rp 95.000 yang berisi 5 tangkai-10 tangkai bunga, boneka, dan kartu ucapan. Awalnya, hasil produksi Flo Hope dijual pada saat-saat momen tertentu, misalnya saat hari wisuda di kampus.
Pada bulan-bulan lainnya, produksi biasanya hanya dilakukan sebulan sekali. "Tapi sebenarnya penjualan jarang kosong karena setiap tahun selalu ada wisuda di UI, ITB, UIN, UGM, dan kampus lainnya," ungkapnya.
Jika memasuki momen wisuda di UI, yaitu sekitar bulan Februari dan September, Flo Hope kebanjiran pesanan. Zahra juga bekerjasama dengan Sedekah Brutal, gerakan alumni forum studi Islam FE UI, untuk membesarkan Flo Hope.
Sedekah Brutal memberikan dana bantuan Rp 10 juta untuk bakti sosial dan Rp 10 juta untuk modal bisnis Flo Hope. Setelah kerja sama tersebut, bisnis Flo Hope semakin berkembang. Omzetnya pun naik. Pada wisuda UI di September 2013, penjualan Flo Hope mencapai Rp 10 juta, naik dari rata-rata penjualan Rp 1 juta−Rp 2 juta per bulan. (Yuthi Fatimah)