Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ajakan Mogok Diacuhkab, Layanan Go-Jek Normal

Ada usaha serupa yang akan membuka layanan ojek dengan target 8.000 ojek, yang kerap disebut driver.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ajakan Mogok Diacuhkab, Layanan Go-Jek Normal
KOMPAS.COM/ICHA RASTIKA
Pengemudi Go-Jek di kawasan Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (2/11/2015). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ajakan ratusan pengemudi Go-Jek untuk melakukan mogok tidak ditanggapi oleh pengemudi Go-Jek lainnya., Selasa (3/11). Di sisi lain, ada usaha serupa yang akan membuka layanan ojek dengan target 8.000 ojek, yang kerap disebut driver. Layanan baru itu adalah Uberjek.

Kabar ada mogok itu dipicu ada pemecatan 200 driver Go-Jek. Mereka dipecat karena membuat order fiktif demi mengejar poin untuk mendapatkan bonus. Namun kabar pemecatan itu, sampai berita ini diturunkan, manajemen Go-Jek belum memberikan keterangan sama sekali.

Informasi lainnya, mereka mogok karena manajemen Go-Jek mengeluarkan kebijakan dengan memangkas tarif Go-Jek per kilometer yang dianggap dapat mengurangi pendapatan driver. Bila sebelumnya tiap driver mendapat Rp 4.000 per kilometer, kini turun menjadi Rp 3.000 per kilometer.

Selain itu, manajemen Go-Jek memperberat beban driver untuk memperoleh bonus senilai Rp 50.000. Jika biasanya driver mendapat bonus tiap lima poin (lima kali menerima order), kini bonus baru didapat setiap mengumpulkan delapan poin.

“Mendapat lima penumpang saja sekarang sudah susah,” kata driver Go-Jek.

Tidak kompak

Di sisi lain, banyak driver yang tidak setuju dengan aksi mogok kerja itu. Kalangan driver Go-Jek ini menilai, protes boleh saja dilakukan. Tapi caranya bukan dengan melakukan mogok kerja. Mogok kerja tidak hanya akan merugikan manajemen Go-Jek, namun juga para driver.

Berita Rekomendasi

Akibat ketidakkompakan ini, sepanjang Selasa (3/11) terdapat pemandangan yang tak biasa di beberapa tempat di Jakarta. Bila biasanya jalan raya semarak dengan pengemudi motor berlogo Go-Jek, hari itu sangat jarang terlihat ada driver Go-Jek, baik di jalanan maupun di pinggir jalan.

Bukannya driver Go-Jek itu menghilang. Mereka tetap menerima order tapi tanpa memakai atribut Go-Jek untuk sementara waktu. Hal itu terpaksa dilakukan untuk menghindari ancaman sweeping yang juga diembuskan oleh para penghasut.

“Saya (driver) Go-Jek, cuma enggak berani pake jaket sama helm Go-Jek dulu,” kata Maman (36), driver Go-Jek kepada Warta Kota.

Maman bukan takut akan kena sweeping tetapi menghindar masalah saja. Bagaimanapun, dia harus ngojek karena ada istri dan anak yang harus dihidupi.

Seorang driver wanita bernama Leony (27) juga menolak untuk ikut mogok kerja. Dengan tetap mengenakan atribut Go-Jek, wanita ini tetap narik tanpa mempedulikan aksi sweeping yang berembus melalui grup whatsapp Info Driver.

Menurut Leony, mereka yang akan rugi bila memilih mogok karena tidak ada penghasilan. Meski memberatkan, dia menganggap keputusan manajemen itu sebagai pendorong agar dia makin semangat kerja.

“Memang ada demo, terkait kebijakan manajemen yang akan mengurangi pendapatan pengemudi dari Rp 4.000 per kilometer menjadi Rp 3.000 per kilometer. Menurut saya enggak penting. Untuk apa? Kalau ikut-ikutan justru saya enggak dapat apa-apa buat kebutuhan sehari-hari,” kata Joe Aditya Krislana (27), driver.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas