Cyrus Network: Parpol Mulai Frustrasi Cari Calon untuk Bersaing dengan Ahok
Pengamat politik dari Cyrus Network, Hasan Nasbi, berpendapat, partai politik sudah mulai kebingungan mencari sosok yang akan bersaing dengan Ahok
Editor: Gusti Sawabi
Tribunnews.com, Jakarta — Pengamat politik dari Cyrus Network, Hasan Nasbi, berpendapat, partai politik sudah mulai kebingungan mencari sosok yang akan bersaing dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Hal ini untuk mengomentari rencana Partai Amanat Nasional (PAN) untuk mengusung Desy Ratnasari dan Eko Patrio.
"Ya bolehlah Eko dan Desy dimunculkan sebagai sebuah usaha. Tetapi, ini artinya sebagian besar partai sudah mulai frustrasi mencari siapa yang bisa jadi lawan seimbang buat Ahok," ujar Hasan ketika dihubungi, Selasa (2/2/2016).
Hasan mengatakan, berdasarkan survei-survei yang ada, nama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi nama-nama yang disebut sebanding dengan Ahok.
Menurut Hasan, keadaan itu membuat partai politik harus memutar otak untuk menentukan siapa yang akan mereka calonkan.
Akhirnya, tidak heran kalau nama-nama populer, seperti Desy Ratnasari dan Eko Patrio, dimunculkan terlebih dahulu dengan harapan nama-nama itu mampu menyaingi Ahok.
"Kalau Ahok maju lewat independen, mereka malu dong kalau enggak usung siapa-siapa. Makanya, dari sekarang, mereka harus menyiapkan alternatif yang memiliki popularitas dan kira-kira mudah dikatrol elektabilitasnya," ujar Hasan.
Hasan mengatakan, cara PAN mengusung public figure di pilkada memang berhasil di beberapa tempat. Namun, Hasan tidak yakin hal ini berhasil di Jakarta.
Hasan juga memprediksi calon-calon dengan nama terkenal lain akan bermunculan dari partai politik lain. Semua itu dilakukan demi mendapatkan lawan yang sebanding dengan Ahok.
"Nanti bakal muncul lagi yang aneh-aneh. Mereka cari mantan pejabat yang levelnya nasional dan selevel dengan Ahok atau bisa saja jenderal sekalian," ujar Hasan.
Meski demikian, Hasan mengatakan, popularitas tetap tidak cukup jadi modal pada Pilkada DKI Jakarta. Menurut dia, penduduk Jakarta akan lebih melihat track record calon gubernurnya daripada popularitasnya.( Jessi Carina)