Triwisaksana: Ahok 100 Persen Bohong
Triwisaksana dan para petinggi PKS sempat membeli ikan dari para nelayan.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Triwisaksana menilai Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah melontarkan kebohongan terkait pernyataannya bahwa tidak ada lagi ikan di perairan Teluk Jakarta.
Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPRD DKI Jakarta Triwisaksana menyatakan hal itu setelah berkunjung dan berdialog dengan para nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (23/4/2016).
Pada kesempatan itu, Triwisaksana dan para petinggi PKS sempat membeli ikan dari para nelayan.
"Gubernur DKI 100 persen bohong. Tadi kita sudah lihat masih banyak ikan dan masih segar-segar," kata pria yang biasa disapa Sani itu.
Pada kunjungan itu, Sani menegaskan komitmen partainya kepada para nelayan untuk membantu mereka agar tidak digusur.
Ia juga menganggap ide Basuki yang ingin memindahkan para nelayan ke Kepulauan Seribu sebagai sesuatu yang ngaco.
"Kenapa Gubernur DKI yang tinggal di sekitar sini justru membawa musibah bagi warga, apalagi sampai ingin memindahkan nelayan ke Kepulauan Seribu. Itu ide paling ngaco," ujar Wakil Ketua DPRD DKI itu.
Pada awal pekan ini, saat perwakilan nelayan Muara Angke mendatangi Balai Kota, Ahok sempat mengatakan bahwa di Teluk Jakarta sudah tidak ada ikan.
Ahok mengemukakan hal itu saat menanggapi aksi para nelayan yang membawa ikan ke Balai Kota.
Kedatangan para nelayan ke Balai Kota bertujuan untuk menyampaikan keberatan mereka terhadap proyek reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta.
Mereka menilai reklamasi telah menyebabkan menurunnya populasi ikan di Teluk Jakarta.
Para nelayan membawa ikan yang masih berada di dalam jala. Tujuannya untuk membuktikan bahwa di Teluk Jakarta masih ada ikan.
Namun, Ahok menuding ikan yang dibawa bukan berasal dari Teluk Jakarta.
"Sejak kapan Teluk Jakarta ada ikan? Ikan di Jakarta itu banyak dari Karimata, dari Belitung, dari Natuna kok. Mana ada ikan di Teluk Jakarta. L mau bohongin gue? Gue ini anak pulau," kata Ahok ketika itu.(Alsadad Rudi)