26 Wilayah di Jakarta Utara Rawan Banjir Rob
Titik rawan banjir rob meliputi, Penjaringan, Pluit, Kamal muara, Kapuk muara, Tanjung Priok, Kalibaru, Ancol, Pademangan, Marunda
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 26 wilayah di Jakarta Utara berada di titik rawan banjir akibat air laut pasang. Di kawasan pantai utara Pulau Jawa banjir rob lebih dominan disebabkan faktor topografi dan naiknya muka air laut.
Titik rawan banjir rob meliputi, Penjaringan, Pluit, Kamal muara, Kapuk muara, Tanjung Priok, Kalibaru, Ancol, Pademangan, Marunda, Koja, Lagoa, Sunter Karya Selatan.
Kemudian, Papanggo, Sunter Agung, Warakas, Kebon Bawang, Sungai Bambu, Jampea, Kramat Jaya, Kelapa Gading, KBN Cakung, Sunter Jaya, dan Yos Sudarso.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan perlu upaya yang komprehesif untuk mengatasi banjir rob karena ancaman di masa mendatang akan lebih meningkat.
"Ancaman rob di masa mendatang akan makin serius sehingga dapat menyebabkan wilayah Utara Jakarta tak menarik investasi atau pengembangan wilayah jika tak dapat mengatasi rob," tutur Sutopo, Rabu (8/6).
Dia menjelaskan, masyarakat harus adaptasi dan mitigasi dengan rob. Masyarakat dan pemerintah bisa membuat tanggul, meninggikan lantai, membangun rumah panggung dan lainnya. Secara swadaya membangun polder dan pompa untuk melindungi lingkungan.
Masyakarat dan dunia usaha yang ada di wilayah itu harus kompak tidak mengeksploitasi air tanah secara berlebihan, membangun sumur resapan, biopori, dan upaya lain menakan agar penurunan muka tanah dapat berkurang.
Pemda DKI Jakarta dan Kementerian PU Pera telah memiliki langkah-langkah antisipasi rob dan banjir di Jakarta, seperti pembangunan tanggul laut raksasa, reklamasi, pembangunan polder, tanggul di pantai dan upaya struktural lainnya.
Peninggian tanggul merupakan langkah paling efektif mengurangi potensi rob. Namun, ini tak bersifat permanen karena daya tahan 5-10 tahun. Langkah ini dinilai bisa menjadi solusi sementara menahan rob sambil menunggu pembangunan tanggul laut raksasa dimulai.
Proyek Giant Sea Wall memang proyek prestisius. Proyek ini ditargetkan dimulai pada 2015 dan terwujud tahun 2025. Namun, pembangunannya membutuhkan dana besar. Agar memberikan manfaat ganda, pembangunan tanggul itu juga akan disertai reklamasi pantai.
Gagasan reklamasi lebih dititikberatkan pada pertimbangan perluasan lahan dan ekonomi. Rencana ini pun sudah tertera dalam Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2011-2030.
Tertulis, pembangunan tanggul raksasa diintegrasikan dengan reklamasi pantai utara sepanjang 32 kilometer dari batas timur hingga barat pantai Jakarta.
Di atas lahan reklamasi dapat dibangun kawasan komersial dan kemungkinan jaringan jalan baru. Reklamasi membendung peninggian air laut dan penurunan daratan di Pelabuhan Rotterdam, Belanda, dan New Orleans, AS, dapat dijadikan rujukan.
"Sayangnya rencana itu dihentikan karena pertimbangan lingkungan, perijinan, administrasi dan lainnya. Tentu dampak lingkungan atau sosial ekonomi masyarakat pasti ada. Tapi semua itu bisa diselesaikan niatan baik. Jika tidak banjir rob akan makin meluas dan meningkat," tambahnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.