Ahok: Sabotase Pompa Waduk Pluit, Itu Sudah Kurang Ajar Jakarta Bisa Tenggelam
Korsleting pada kabel yang berada di bawah tanah ditengarai menjadi penyebab kerusakan empat dari sepuluh mesin pompa
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destrawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kaget, begitu mendengar empat pompa air di Waduk Pluit, Jakarta Utara, tidak berfungsi karena korsleting.
Korsleting pada kabel yang berada di bawah tanah ditengarai menjadi penyebab kerusakan empat dari sepuluh mesin pompa di Waduk Pluit. Keempat pompa sudah tidak berfungsi sejak Januari lalu.
"Gila itu bahaya sekali. Saya baru denger. Itu mah sabotase," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (13/7/2016).
Waduk Pluit menjadi penopang pengendalian banjir dengan luas cakupan wilayah mencapai 32 hektar, termasuk Istana Negara. Ahok mengatakan kalau pompa Waduk Pluit banyak yang rusak, bisa menyebabkan Jakarta tenggelam.
"Ini mah sabotase, kalau Waduk Pluit rusak, tenggelam Jakarta. Itu sudah kurang ajar. Itu tenggelam Jakarta, saya jamin. Kurang ajar namanyan," imbuh Ahok.
Ahok menyebut akan menginstruksikan Dinas Tata Air untuk menyelidiki sebab pasti kerusakan, "Mesti kita selidiki, audit kenapa bisa rusak," tutup mantan Bupati Belitung Timur tersebut.
Selasa (12/7/2016), beberapa mesin pompa menyala sebagai proses rutin setiap hari. Air dari waduk dibuang ke laut yang berjarak sekitar 50 meter dari rumah pompa.
"Yang pompa tengah sudah beberapa bulan tidak difungsikan. Sepertinya kabel di bawah tanah korsleting karena sudah beberapa kali dicoba tetap tidak bisa berfungsi," ucap Dedy Hadianto (49), operator pompa dikutip dari Harian Kompas.
Pompa aliran tengah berkemampuan 4,3 meter kubik per detik. Kemampuan pompa ini lebih rendah dari pompa di sisi timur yang mencapai 5 meter kubik per detik atau di sisi barat yang mencapai 6 meter kubik per detik.