Warga Resah dengan Ulah Ojek Pangkalan yang Intimidasi Pengojek Online
Kompetisi dalam berebut penumpang di antara pengojek memang semakin terasa setelah adanya ojek aplikasi.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Keberadaan ojek pangkalan dirasa cukup membantu masyarakat yang bepergian.
Pilihan tempat ngetem yang strategis seperti di pintu keluar stasiun, memudahkan masyarakat untuk berganti moda transportasi dalam waktu cepat.
Namun, apa jadinya jika perilaku para pengojek pangkalan atau opang dalam mencari penumpang menggunakan gaya premanisme?
Kompetisi dalam berebut penumpang di antara pengojek memang semakin terasa setelah adanya ojek aplikasi.
Di sejumlah tempat, mungkin ada perjanjian tidak tertulis antara opang dan pengojek aplikasi terkait batas wilayah penjemputan.
Namun, tak semua pengojek aplikasi tahu akan aturan tidak tertulis tersebut, seperti kejadian yang dialami pengemudi ojek aplikasi, DAS (45).
Ia mengalami kejadian tidak menyenangkan ketika menjemput penumpangnya, ES (27) di Stasiun Kemayoran, Minggu (14/8/2016).
Kejadian itu bermula ketika ES memesan ojek aplikasi dengan tujuan Stasiun Kemayoran, Warakas, Jakarta Utara.
Malam itu, sekitar pukul 22.00, DAS telah tiba di Stasiun Kemayoran, tepatnya di luar gerbang stasiun untuk menjemput ES.
Lantaran masih hujan gerimis, si penumpang meminta pengemudi ojek aplikasi itu untuk masuk menghampirinya di pintu keluar stasiun.
Awalnya, tidak ada masalah dengan hal tersebut sampai pada akhirnya salah seorang pengemudi opang merapat dan melakukan intimidasi terhadap pengojek aplikasi.
“Sana, sana di luar saja. Tahu enggak aturannya cari makan?” kata pengemudi ojek pangkalan tersebut.
Sembari menyalakan mesin motornya, pengemudi ojek pangkalan itu terus mengamati pengemudi ojek aplikasi dan penumpangnya.
Ternyata, opang tersebut mengikuti DAS sampai luar gerbang stasiun dan masih mengusir DAS dengan nada yang lebih tinggi.