Irfan Pengemis Kaya Pakai iPhone 5s dan Arloji Mahal Hijrah ke Jakarta Akibat Tak Tahan Hinaan
Pengemis yang terjaring dan kedapatan memiliki ponsel dan jam tangan mahal, ternyata memilih jadi pengemis lantaran sakit hati.
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mohamad Irfan Gunawansyah (26), pengemis yang terjaring dan kedapatan memiliki ponsel dan jam tangan mahal, ternyata memilih jadi pengemis lantaran sakit hati.
Dia sudah 3 tahun mengemis di Jakarta. Sejak itu ia hidup cukup.
Bisa menabung dan berinvestasi, serta mencukupi kebutuhnya ibunya di kampung.
Irvan anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya sudah meninggal dan ibunya kini hidup bersama suami baru.
Siang tadi, di Panti Sosial Kedoya, Jakarta Barat, Irfan kelihatan santai.
Dia bercanda dengan beberapa staf panti.
Seorang staf panti bercanda soal jam tangan Alexandre Christie seharga Rp 1 juta yang dimiliki Irfan.
"Gua aja ngga punya nih jam tangan begini," kata petugas panti.
Irvan cuma tertawa lalu mencandainya untuk membeli jam itu.
"Ya udah, bayarin nih sejuta. Lumayan buat nambah modal usaha," kata Irvan yang mengaku punya mimpi berbisnis pakaian ini.
Irfan bercerita, dia memilih pergi dari kampungnya di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat lantaran terlalu banyak menerima ejekan karena bentuk fisik dan bicaranya.
Fisik Irvan tak sempurna. Jari-jari kaki dan tangannya tak berkembang.
Dan nada bicaranya tak terdengar jelas.
Tahun 2010 awal Irvan memilih kabur dari kampungnya.
Ketika itu Irvan dimasukan ke panti asuhan oleh orangtuanya.
Dia tak tahan tinggal di panti itu. Terlalu banyak ejekan. Dia pun kabur, kembali ke rumahnya.
Lalu esok harinya pergi ke Jakarta. Tapi sampai Jakarta dia bingung.
Hanya enam bulan di Jakarta sampai kesulitan uang, ia pun kembali ke kampungnya.
Usai pulang ke kampung, Irvan tak mau lagi tinggal di panti asuhan. Dia memilih menganggur di rumah.
Namun, ejekan tak pernah berhenti.
Kini tetangga dan rekan-rekannya di kampung yang mengejeknya.
"Saya tak tahan diejek terus. Apalagi ini orang-orang yang kenal saya. Lebih baik saya pergi ke Jakarta dimana tak satupun orang kenal saya," kata Irvan.
Selanjutnya baru tahun 2013 Irvan memilih kembali ke Jakarta. Berbekal uang Rp 50.000.
Sejak ia pergi, ia sudah tahu apa yang akan dikerjakan. Mengemis.
"Ibu saya juga tahu kok saya mau mengemis waktu kembali lagi ke Jakarta," ucap Irvan kepada wartawan, termasuk Wartakotalive.com, siang ini.
Di Jakarta Irfan mulai mengemis.
Dua pekan pertama dia hidup di jalan.
Makan dan tidur di jalan, dan mandi di Masjid.
Pekan-pekan berikutnya dia mulai hidup lebih baik.
Mulai mengontrak di sebuah kos kecil seharga Rp 200.000 yang ia gunakan sampai sekarang.
Dia juga bisa menabung. Penghasilannya besar, Rp 200.000 per hari dan bisa mencapai Rp 1 juta - Rp 2 juta per pekan.
Dia pun mulai menumpuk kekayaannya.
Sejak 2014 lalu dia rutin menabung kambing.
Membeli kambing kecil, dibesarkan, lalu dijual lagi.
Saat ini dia sudah memiliki 5 ekor kambing di kampungnya.
Ia beli sendiri dari hasil mengemis. Kambing-kambing itu kini sedang dibesarkan.
Saat usianya setahun pada Idul Adha 2017, dia akan menjual lagi kambing-kambing itu.
Dia juga sudah memiliki ponsel mewah yang ia beli mencicil.
Iphone 5s dan Samsung Note 3. Semuanya sudah lunas dicicil.
Setiap hari dia menjalani kehidupan rutin.
Bangun pukul 06.00, lalu mulai mengemis pukul 07.00.
Dia selalu mulai mengemis dari Pasar Kebayoran Lama.
Baru setelah agak siang dia pindah lokasi mengemis ke JPO Sarinah di Jakarta Pusat.
Disana dia menghabiskan waktu sampai pukul 17.00, lalu baru pulang ke kosnya. Begitu setiap hari.
Kepala Panti Sosial Kedoya, Masyudi, mengatakan, pihaknya akan melakukan pembinaan dasar terhadap Irvan selama 21 hari.
Masyudi mengatakan, pihaknya akan mendorong Irvan untuk jadi pebisnis.
Apalagi dari hasil mengemisnya Irvan sudah memiliki lima ekor kambing.
"Dia sudah punya kemampuan untuk bisnis. Akan kita dorong ke arah sana," ucap Masyudi.
Penulis: Theo Yonathan Simon Laturiuw