Ini Penjelasan Mengapa Kampung Pulo dan Bukit Duri Dilanda Banjir
Tinggi permukaan air di Sungai Ciliwung pada Kamis (16/2/2017) kemarin meningkat akibat limpasan air hujan dari kawasan Bogor, Jawa Barat.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tinggi permukaan air di Sungai Ciliwung pada Kamis (16/2/2017) kemarin meningkat akibat limpasan air hujan dari kawasan Bogor, Jawa Barat.
Sejumlah daerah di pinggir Sungai Ciliwung di Jakarta, seperti di Kampung Pulo, Jakarta Timur, dan Bukit Duri, Jakarta Selatan, pun dilanda banjir "kiriman" tersebut.
Banjir di Kampung Pulo sebenarnya termasuk "langka" dalam beberapa waktu terakhir setelah tepian Sungai Ciliwung di kawasan itu dinormalisasi. Sekitar dua tahun lalu, pemerintah membongkar ratusan rumah hampir sepanjang dua kilometer di bantaran Sungai Ciliwung, mulai dari Kampung Melayu dari Jalan Abdulah Syafei hingga Jembatan Tongtek.
Proyek normalisasi itu merupakan bagian dari program normalisasi yang dicanangkan pemerintah pusat mulai dari kawasan TB Simatupang hingga Manggarai. Tujuannya untuk mencegah banjir menimpa permukiman warga di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung.
Banjir di Kampung Pulo kemarin memunculkan pertanyaan. Mengapa kawasan yang sudah dinormalisasi itu tergenang lagi?
Ternyata air masuk ke kawasan itu lewat saluran air dari pemukiman warga yang terhubung dengan Sungai Ciliwung, bukan karena luapan.
Debit air di Ciliwung yang naik itu jadi lebih tinggi dibanding permukiman warga yang rendah di sebelahnya. Air pun masuk lewat saluran air.
Namun tidak seluruh kawasan Kampung Pulo terlanda banjir, hanya di sejumlah titik saja. Tinggi banjir juga bervariasi.
Mira (35) warga RT 14 RW 03 Kampung Pulo Dalam mengatakan, rumahnya kebanjiran 30 sentimeter alias selutut orang dewasa.
"Saya keluar rumah tahu-tahu sudah banjir selutut," kata Mira di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis.
Tia (48) warga RT 13 RW 03 Kampung Pulo Tengah juga mengalami kebanjiran setinggi 30 sentimeter.
"Rumah saya kan depannya saluran air ke Ciliwung. Jadi lebih cepat naiknya. Tapi enggak sampai masuk ke rumah kok, di depan aja," ujar Tia.
Warga Kampung Pulo mensyukuri keberadaan tanggul. Sebelum ada tanggul, untuk ukuran status Ciliwung yang siaga II seperti kemarin, warga sudah terkena banjir parah.
"Kalau belum ada tanggul, begini mah (siaga II) sudah tinggi banget banjirnya. Bisa sampai ketutup rumah," kata Tia.