Pembantu Pengusaha Garmen yang Terbunuh Itu Sempat Ingin Berpamitan
“Kemarin ketemu sama saya. Pembantunya menyesal karena belum sempat pamitan. Dia bilang hari minggu sore mau ke sini, tapi katanya kakinya berat sekal
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Selasa (12/9) siang, rumah dua lantai dengan ukuran panjang sekitar 10 meter di Jalan Pengairan No 21, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat terlihat kosong. Garis polisi sudah terpasang di dalam rumah yang didominasi cat berwarna krem tersebut.
Rumah tersebut dimiliki oleh pasangan suami istri Husain dan Zakiyah, yang ditemukan sudah tidak bernyawa, pada Senin (11/9) pagi.
Seorang tetangga, Supandi menceritakan rumah tersebut sebelumnya hanya diisi tujuh orang. Pasangan Husain dan Zakiyah, seorang pembantu dan empat orang mahasiswi yang mengekos di rumah tersebut. Sementara tiga anak Husain, sudah tidak lagi tinggal di rumah yang berada di tikungan jalan itu. Bahkan, anak terakhirnya kini tinggal di London, Inggris bersama suaminya.
Saat kejadian pembunuhan terjadi, hanya terdapat satu mahasiswi sedang berada di kamar kos. Sedang pembantu yang biasa pulang malam, tidak terlihat karena sudah mengajukan cuti sejak Sabtu (9/9) lalu. Namun, pembantu keluarga itu sempat terlihat dan mencurahkan hatinya kepada Supandi sehari setelah pembunuhan terjadi.
“Kemarin ketemu sama saya. Pembantunya menyesal karena belum sempat pamitan. Dia bilang hari minggu sore mau ke sini, tapi katanya kakinya berat sekali seperti tidak bisa gerak,” tutur pria yang bertempat tinggal di depan rumah pasangan itu menirukan pernyataan pembantu.
Dijelaskan olehnya, si pembantu akhirnya saat ini tidak jadi pulang ke kampungnya usai mendengar kematian majikannya dan masih harus menjadi saksi pihak kepolisian untuk melakukan penyidikan atas kematian pengusaha garmen tersebut.
"Masih di polisi kalau tidak salah. Kalau dari daerah sini ada empat orang yang masih dimintai keterangan. Saya sudah kemarin,” ucap dia.
Dia mengaku pada malam itu, mobil sedan Toyota Altis milik Husain pergi dari rumah. Namun, karena cuaca saat itu hujan cukup deras, sehingga dia tidak menyapa dan memilih untuk tetap berada di rumah.
“Biasanya sih memang jarang keluar kalau malam, dia selalu Maghrib dan Isya di Musala habis itu ya pulang, kalau tidak ngobrol di sini,” katanya.
Rumah dalam Keadaan Rapi
Seorang anak dari Husain, dijelaskan oleh Ketua RT 11/06, Bendungan Hilir, Satyawan baru mengetahui bahwa orang tuanya telah tidak bernyawa sehari setelah kejadian berlangsung. Anak perempuan usia di atas 25 tahun itu, dijemput oleh seorang tetangga yang di lokasi dirinya berjualan pakaian bayi di Blok A Pasar Tanah Abang, Jakarta.
Anak Husain, tidak kuasa menahan air mata ketika pihak kepolisian memberikan bukti poto dari yang dikirim dari Polres Purbalingga dan memastikan foto-foto tersebut merupakan kedua orangtuanya.
“Ya sempat nangis kenceng. Polisi minta masuk ke rumah, saya bilang, jangan dulu. Tunggu tenang dulu baru masuk ke dalam,” ucap pria yang akrab disapa Iwan Gondrong itu.
Tangis dari anak Husain tidak berlangsung lama dan dapat menguatkan diri untuk melihat lokasi rumahnya dan meminta menjelaskan barang apa saja yang masih dan sudah tidak ada di tempatnya.