Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah di Balik Meninggalnya Aurel, Parkibara Tangsel, Penjelasan PPI dan Cerita Ibu Berbeda

Ada kisah berbeda yang diungkapkan ibu dari anggota Paskibra Tangsel Aurellia Qurratu Aini yang meninggal saat diklat.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Kisah di Balik Meninggalnya Aurel, Parkibara Tangsel, Penjelasan PPI dan Cerita Ibu Berbeda
Instagram @benyamindavnie
Aurellia Qurratuaini 

"Dan saat buku harian itu semua dirobek, sudah kurang lebih 22 hari membuat harian, dirobek dan harus menyalin dari ulang, itu sedikit memberikan pressure yang lebih lagi bagi Aurel di tengah istirahatnya yang sangat kurang," ujarnya.

Namun dengan besar hati, Sri menerima anaknya lah yang menjadi pengingat bagi tim pelatih dan penyelenggara diklat itu dari Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tangsel.

"Tidak ada salahnya, tidak ada yang salah dengan sistem yang sudah dibuat Purna Paskibraka Indonesia. Tapi oleh beberapa oknum yang latah dan berlebihan, itu yang membuat pendidikan yang dijalani Aurel dan teman-temannya menjadi jauh lebih berat dari biasanya," ujarnya.

Aurel kerap cerita kepada ibunya

Aurellia Quratu Aini seorang paskibraka Tangerang Selatan yang akrab disapa Aurel (jilbab hitam) semasa hidupnya bersama ibunya bernama Sri Wahyuni. (Warta Kota/Andika Panduwinata)
Aurellia Quratu Aini seorang paskibraka Tangerang Selatan yang akrab disapa Aurel (jilbab hitam) semasa hidupnya bersama ibunya bernama Sri Wahyuni. (Warta Kota/Andika Panduwinata) ()

Sri mengatatakan bahwa putrinya, Aurel kerap bercerita seputar latihan paskibra kepadanya.

Sebagai ibu sekaligus seorang Purna Paskibraka pun tak jarang memberikan saran kepada Aurel.

Misalnya saja Aurel sempat bercerita jika tangannya terdapat luka lebam hitam di jari bagian atas.

Berita Rekomendasi

Hal itu akibat push up dengan tangan mengepal pada diklat Paskibraka yang dijalaninya.

"'Ma, tadi kita push up. Ma, tadi kita begini'. Saya juga bilang, 'itu hal biasa nak, itu konsekuensi ikut paskibraka'. Tapi waktu saya lihat tangannya luka, hitam, saya bilang 'kamu push up kepal?', dia jawab 'iya'. Push up kepal itu sudah menyalahi aturan. Bahkan di militer sendiri pun ada waktu dan tempat untuk push up kepal bagi laki laki, tapi tidak untuk perempuan," ujar Sri di kediamannya di bilangan Taman Royal 2, Cipondoh, Tangerang, Jumat (2/8/2019).

Selain di pergelangan, luka lebam lain ada di bagian belakang lengan.

Sri juga mengatakan bahwa Aurel dicubit saat pelatihan.

Suara Sri merendah dan semakin berat.

Menurutnya, diklat Paskibraka tidak boleh ada kontak fisik.

"Lalu memang ada spot atau lebam, dia bilang 'Ma ini dicubit, biasa kok'. Saya bilang 'itu tidak biasa nak, karena harusnya tidak ada body contact untuk pendidikan paskibraka'," ujarnya.

Sri meyakini cubitan yang dialami anaknya sangat keras.

Hal itu karena bekas lebam yang kentara.

"Seingat saya ada di lengan kiri belakang kalau enggak kiri kanan belakang. Cukup besar biru. saya tanya kenapa, dicubit. Dicubit kenapa sampai segitunya nak. Kulit Aurel tidak putih, kulit aurel cukup gelap, jadi kalau sampai biru lebam artinya cubitan sangat keras," jelasnya.

Tak hanya di lengan, pihak keluarga lain juga mendapati lebam di bagian lutut Aurel.

"Ada spot lain, di lengan kiri depan itu saya lihat waktu almarhum dimandikan. Kalau enggak salah keponakan saya juga melihat ada spot biru lain di dengkul," ujarnya.

Penjelasan PPI Tangsel

Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tangerang Selatan (Tangsel) memastikan tidak ada kontak fisik apa lagi kekerasan fisik pada pendidikan dan pelatihan (diklat) Paskibraka Tangsel.

"Dalam pelatihan pun kami tidak ada kontak fisik dalam latihan itu tidak ada. Dalam pelatihan yang sudah disepakati tim semuanya ya standard pola pembinaan. Ya kalau hukuman, hukuman biasa," ujar Ketua PPI Tangsel, Warta Wijaya saat ditemui di Pemkot Tangsel, Ciputat, Jumat (2/8/2019).

Warta menjelaskan diklat para calon paskibraka itu sudah mukai dari 1 Juli 2019 di bawah binaan PPI sampai 21 Juli 2019.

Setelah itu, dari 22 - 31 Juli 2019, pelatihan dibina oleh anggota TNI dari Batalyon Kavaleri 9.

Mereka berlatih setiap Senin sampai Kamis, lalu Sabtu dan Minggu. Sedangkan Jumat libur. Setiap latihan para peserta diklat sudah harus datang pukul 06.00 WIB dan pelatihan selesai maksimal 16.30 WIB.

Warta juga menegaskan bahwa porsi latihan bagi para calon paskibraka tahun ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Porsi latihan itu sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan dari kaveleri pun bukan pertama kali. Dia sudah beberapa kali bergabung bersama kami, karena memang setiap tahunnya Paskibraka diiringi dengan militer berbeda2, tahun ganjil itu dengan Yon Kavaleri, tahun genap dengan Arhanud," ujarnya.

Warta mengungkapkan, selama pelatihan, Aurellia hanya sekali izin sakit, itupun pada periode awal pelatihan.

Sementara setelahnya, ia menjadi anak yang paling prima sampai disepakati para pelatih menjadi pembawa baki.

"Dia itu paling sedikit bahkan tidak pernah masuk tim kesehatan tim medis itu tidak pernah. Dia anaknya kuat dia anaknya lincah. Bahkan karena kemampuannya dia kita sepakati bersama untuk membawa baki," ujarnya.

Saat ini diklat sudah memasuki latihan bersama dengan tim pengiring, dan tidak ada porsi latihan yang dikurangi atau berubah.

"Kami sekarang sudah bergabung dengan pasukan pengiring, pasukan 45 dari tentara. Pelatihan seperti biasa, tidak ada yang berubah," ujarnya.

Warta mengatakan belum ada komunikasi yang serius antara PPI dan pihak keluarga Aurellia.

"Terakhir saat kita datang ke sana untuk melayat saja. Mungkin karena situasinya juga masih syok," ujarnya. (TribunJakarta/Jaisy Rahman Tohir/Mohamad Afkar)

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Sederet Aktivitas Aurel Selama Diklat Paskibraka & Penjelasan PPI Tangsel, Sang Ibu Ungkap Hal Lain, 

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas