Suhardi Alius Jadi Narasumber Sekitar 2.300 Mahasiswa Tingkat II dan III PKN STAN
Generasi muda, terutama mahasiswa Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN akan menjadi orang yang mengawaki instansi pemerintah di bidang keuangan.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen. Pol. Drs. Suhardi Alius, MH mengatakan generasi muda, terutama mahasiswa Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN akan menjadi orang yang mengawaki instansi pemerintah di bidang keuangan.
Untuk itu mahasiswa PKN STAN harus punya nasionalisme tinggi serta profesionalisme yang kuat, agar bisa membawa negara Indonesia semakin maju, mandiri, dan kuat dalam menghadapi serangan ideologi lain.
Tak hanya itu mahasiswa PKN STAN harus dapat menidentifikasi terhadap sesuatu hal yang menyimpag di lingkungan sekitarnya, terutama terhadap penyebaran paham-paham radikal terorisme yang dapat menghancurkan persatuan negara dan bangsa Indonesia ini
“Kalian adalah orang-orang terpilih karena telah melalui proses seleksi ketat. Saya yakin kalian memiliki daya analisis yang kuat. Manfaatkan kemampuan kalian sehingga peka terhadap perubahan dan menganalisis dampaknya. Kalian harus punya naluri kebangsaan, jangan cuek. Kalau melihat penyimpangan jangan diam saja. Laporkan ke pihak sekolah,” ungkap Suhardi Alius, MH saat menjadi narasumber pada kegiatan Pembinaan Mahasiswa terhadap sekitar 2.300 mahasiswa tingkat II dan III Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN yang berlangsung di Student Center PKN STAN, Bintaro, Tangerang, Selasa (17/9/2019).
Suhardi Alius mengatakan Satu ciri kelemahan generasi millenials ini adalah tidak memahami secara utuh mengenai sejarah bangsa ini dan tidak pernah melihat bagaimana awal mula bangsa Indonesia ini berdiri. Hal ini disebabkan generasi millenials ini tidak mengalami secara langsung peristiwa-peristiwa politik yang menjadi pembentuk sejarah.
“Generasi sekarang tidak hanya difokuskan sebagai ahli ekonomi, ahli teknologi, dan sebagainya. Tetapi harus ahli juga di bidang pembangunan nasional. Kalian juga harus terus menjaga idealisme, integritas, dan moral. Tanpa moral, orang profesional hanya akan memiliki kemampuan dan pengetahuan, tanpa sanggup menjadi amanah. Moral dan karakter ini didukung pula oleh peran besar dari pengajar, karena pengajar adalah teladan bagi murid-muridnya,” kata mantan Kabareskrim Polri ini.
Usai memberikan paparan Kepala BNPT menjelaskan bahwa pihaknya merasa perlu memberikan pembekalan kepada para mahasiswa PKN STAN ini. Karena sebagai calon Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang keuangan pada isntansi pemerintah maka calon ASN dari PKN STAN ini akan memiliki peran yang sangat signifikan untuk bisa melihat lingkungan sekitar dari bahaya penyebaran paham radikal terorisme.
“Mereka kita bekali bagaimana mengidentifikasi dan bagaimana berkontribusi untuk mencegah paham-paham intoleransi berada atau berkembang dilingkungan yang masing-masing. Bukan cuma hanya menyelematkan di lingkungan kerja saja, tetapi juga termasuk keluarganya, bahwa bahaya itu masih ada di sekeliling kita. Kalau kita nggak aware, dan nggak care tentunya bisa terpapar. Oleh sebab itu mereka kita bekali supaya mengerti dalammemberikan kontribusi kepada negara dan bangsa,” ujar alumni Akpol tahun 1985 ini.
Menurut mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhannas RI ini, apabila mahasiswa PKN STAN ini terpapar paham radikal terorisme maka akan berdampak buruk bagi bangsa dan negara ini. Oleh sebab itu mahasiswa PKN STAN harus memiliki tanggung jawab secara moral.
Sementara itu Ketua Jurusan Manajemen Keuangan PKN STAN, Dr. Agus Sunarya Sulaeman, Ak., M.Si., CPMA, AAP, CA, mengatakan bahwa pihaknya akan terus melindungi mahasiswa dan seluruh civitas akademicanya dari pengaruh penyebaran paham radikal terorisme. Ini dimaksudakan agar para mahasiswa PKN STAN dapat membangun dan menjaga persatuan negara dan bangsa Indonesia
“Ini upaya yang kita ambil untuk melindungi mahasiswa. Berarti semuanya dari civitas akademica harus disadarkan juga, bahwa penyadaran yang tadi disampaikan itu saya melihatnya tidak cukup hanya kepada mahasiswa saja, tetapi juga dosen. Karena disini dosennya campur tentunya menjadi perhatian juga, ada dosen dalam dan dosen luar,” kata Dr. Agus Sunarya Sulaeman usai bertindak sebagai moderator saat mendampingi Kepala BNPT di acara tersebut
Dikatakannya, dari pembekalan yang telah dia terima dari Kepala BNPT tersebut maka dirinya dapat melihat darimana saja simpul-simpul radikalsime itu bisa muncul. Apalagi pemahaman tentang radikalsime itu menurutnya sangat meluas dan tidak seragam.
“Kalau kita lihat sekelilingnya model modelnya yang masuk dan sebagainya. Jadi ini memang kampus dan sekitar kampus pun harus dilibatkan. Mungkin bagi saya pengabdian terhadap masyarakat atau apa harus kita bangun di lingkungan kampus ini agar tersadarkan juga jangan sampai ikut terpapar,” ujarnya.
Diakuinya bahwa saat dirinya masih menjadi mahasiswa dulu, dirinya juga pernah punya pengalaman bahwa dirinya dulu pernah hampirsaja dimasukin paham-paham tersebut namun dirinya berhasil menolaknya.
“Ternyata ini dampaknya luar biasa, terasanya berapa tahun kemudian, sampai 25 tahun kemudian. Ternyata bahwa jaringan atau sel-selnya ini masuknya sangat dalam sekali,” katanya
“Titik hati manusia paling dalam itu dimana? Ini poin penting. Di satu sisi, sisi lain adalah bahwa pemahaman terhadap penyelesaian masalah-masalah itu kadang kadang benar juga. Bahwa dibutuhkan satu hati. Saya tersentunya hati. Dengan pemikiran out of thr box, beliau berpikir bahwa sesuatu yang dianggap tidak bisa terselesaikan itu ternyata bisa diselesaikan dengan satu pendekatan lain, yakni memakai hati,” ujarnya mengakhiri
Acara pembekalan ini dibuka langsung oleh Direktur PKN STAN, Rahmadi Murwanto Ak., MAcc, MBA, Ph.D dan dipandu langsung oleh Ketua Jurusan Manajemen Keuangan PKN STAN, Dr. Agus Sunarya Sulaeman, Ak., M.Si., CPMA, AAP, CA, yang bertindak sebagai moderator dalam acara tersebut.