Orang Tua Editor Metro TV Tak Terima Anaknya Disebut Alami Depresi: Harusnya Tanya Dong ke Keluarga
Orangtua dari editor Metro TV merasa kecewa dengan hasil rilis kepolisian yang menyebutkan Yodi Prabowo alami depresi.
Penulis: Febia Rosada Fitrianum
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Ayah editor Metro TV, Suwandi, mengaku tak terima saat Yodi Prabowo disebut mengalami depresi.
Hal tersebut disampaikan dalam acara Mata Najwa yang disiarkan secara langsung di Trans 7, Rabu (29/7/2020).
Suwandi yang datang bersama sang istri mengungkapkan perasaannya atas temuan dari pihak kepolisian.
Baca: Bukan Cinta Segitiga, Editor Metro TV Yodi Prabowo Diduga Bunuh Diri, Polisi Singgung soal Depresi
Ia merasa Yodi tidak menunjukkan gejala orang depresi saat berada di rumah.
Malah selama dua bulan terakhir ibadah Yodi seperti salat dan mengaji menjadi lebih rajin.
"Kurang lebih dua bulan ibadah rajin ngaji, tidak menunjukkan depresi," terang Suwandi.
Sehingga Suwandi tak terima ketika Yodi disebut mengalami deperesi.
Bahkan ia mengatakan seharusnya pihak penyidik melakukan pemeriksaan terhadap keluarga korban.
Karena selama penelusuran kasus kematian Yodi, Suwandi mengaku tidak diperiksa secara mendalam.
Terlebih persoalan tentang depresi seperti yang disebutkan oleh pihak kepolisian.
Suwandi juga merasa janggal atas rilis polisi yang menyebutkan soal depresi.
Menurut sepengetahuan Suwandi, orang depresi pasti tidak akan fokus.
Baca: Tak Percaya Anaknya Bunuh Diri, Ayah Editor Metro TV Sodorkan Bukti dari Orang Pintar ke Polisi
Baca: Jasad Yodi Prabowo Positif Narkoba, Kekasih Editor Metro TV Bantah Pernyataan Polisi
Sedangkan Yodi di tempat kerjanya harus mengedit empat program dalam satu hari di Metro TV.
"Saya tidak terima anak saya disebutkan depresi, harusnya yang memeriksa tanya dong ke keluarga."
"Kalau depresi tidak bisa fokus, dia edit empat program lho," jelas Suwandi.
Ibu Yodi, Turinah, juga mengungkapkan hal serupa.
Pihak kepolisian juga menyangkutkan antara depresi dengan pemeriksaan Yodi ke rumah sakit soal HIV.
Sebelum meninggal dunia, Yodi kepada sang ibu memang bercerita soal rasa gatal di bagian pangkal paha.
Kemudian Turinah menyarankan pada anaknya agar melakukan pemeriksaan di dokter spesialis kulit.
Yodi diketahui sempat melakukan pemeriksaan ke spesialis kulit dan kelamin RSCM.
Namun, Turinah mengakui pemeriksaan tersebut tidak diketahui olehnya.
Ia pun merasa aneh apabila anaknya disebut depresi karena periksa ke rumah sakit.
Bahkan kematian Yodi terjadi sebelum hasil pemeriksaan dari rumah sakit keluar.
Baca: Telusuri Dugaan Adanya Ancaman, Polisi Cek HP Editor Metro TV Yodi Prabowo, Ini Hasilnya
Baca: Editor Metro TV Bunuh Diri Diragukan Ayah Yodi, Warga Ikut Bersuara: Kami Gak Dengar Teriakan Sakit
"'Mama ini di pangkal paha kok gatal', saya bilang periksa ke spesialis kulit," ungkap Turinah.
"Dia ke RSCM untuk periksa ke spesialis kulit dan kelamin tanpa sepengetahuan saya, jadi kalau dibilang anak saya depresi karena RSCM dia nggak," lanjutnya.
Suwandi kemudian melanjutkan, hasil rilis kepolisian sangat mengecewakan bagi keluarga Yodi.
Yodi disebut bunuh diri hingga mengalami depresi, sangat tidak sesuai harapan Suwandi dan Turinah.
Kekecewaan Suwandi muncul karena ia sempat mendatangi tempat kejadian perkara (TKP).
Ketika ia datang, jasad Yodi memang sudah tidak dalam keadaan semula saat ditemukan.
Ia pun melihat baju dan celana Yodi tidak banyak darah.
"Namun hasil dari rilis tersebut sangat mengecewakan dari saya, tidak sesuai dengan harapan," tutur Suwandi.
"Saya datang langsung ke TKP, memang anak saya posisinya sudah dibalik."
"Terus baju kelihatan jaketnya sama celana nggak banyak darah hanya sedikit," imbuhnya.
Bahkan Suwandi tidak mengetahui apakah jaket yang dipakai oleh Yodi sobek.
Baca: Yodi Prabowo Bunuh Diri, Sosok Pria Kacamata Masih Misteri, Tak Terkait Kasus Editor Metro TV
Baca: Ibu Editor Metro TV Ceritakan Sosok Perempuan Inisial L, Siapa Dia?
Pasalnya, disebutkan Yodi bunuh diri dengan menusukkan pisau ke bagian dadanya.
Suwandi berpendapat, apabila anaknya bunuh diri seharunya ada banyak darah di TKP.
Mulanya Suwandi berpikir Yodi merupakan korban dari pelaku begal.
Namun, pemikiran itu terpatahkan setelah harta benda Yodi masih utuh dan tak ada yang hilang.
"Menurut saya kalau anak saya bunuh diri di TKP harusnya berlumuran darah ke mana-mana."
"Semula anak saya dipikir dibegal, tapi setelah motor dan dompet ada, ini pasti ada pembunuhan," tandas Suwandi.
(Tribunnews.com/Febia Rosada)