Gubernur Anies Baswedan dan Banjir di Cipinang Melayu
Banjir di Cipinang Melayu banyak disorot warga karena lokasi itu kebanjiran setelah 10 hari sebelumnya sempat dikunjungi Gubernur Anies.
Penulis: Theresia Felisiani
"Kalau saya mulai bersih-bersih rumah karena dari awal enggak mengungsi, bertahan di rumah saja. Tetangga sih beberapa pada mengungsi," ujarnya.
Luapan Kali Sunter
Banjir dengan ketinggian hingga 1,5 meter yang merendam permukiman warga di wilayah RW 04, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Jumat (19/2/2021) akibat berbagai sebab.
Ketua RW 04 Cipinang Melayu Irwan Kurniadi mengatakan musibah banjir yang terjadi sejak Jumat (19/2/2021) dini hari tersebut akibat Kali Sunter yang meluap.
“Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan luapan Kali Sunter,” ucap Irwan.
Irwan menambahkan ketinggian air pada bagian hulu tepatnya Waduk Tiu sudah melebihi batas maksimal.
Sehingga limpasan air dari bagian hulu dibuang ke pemukiman warga.
“Itu (Waduk Tiu) kan ada 11 hektar tapi ketinggian sampe pintu air, meluap. Jadinya dibuang dan ditambah curah hujan juga ekstrim,” katanya.
Selain itu, Irwan menambahkan kontur tanah di sekitar Kali Sunter yang masuk wilayah RW 04 Cipinang Melayu berada di dataran rendah.
Alhasil pemukiman warga yang berada di lokasi tersebut menjadi titik banjir yang paling parah dimana ketinggian air bisa mencapai 2 meter.
Sementara petugas gabungan sibuk melakukan proses evakuasi warga RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu yang terdampak banjir.
Adapun ketinggian air mulai surut meski tidak sampai kering.
"Baru mulai surut siang ini, sekira pukul 10.00 WIB. Surut sekitar 10 sentimeter, untuk jumlah pengungsi fluktuatif karena tergantung debit air dari Kali Sunter," ujarnya.
Ini Alasan Wagub DKI Klaim Penanganan Banjir di Era Anies Lebih Baik dari Jokowi dan Ahok
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria merasa penanganan banjir di era kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan lebih baik dibandingkan pemimpin sebelumnya.
Dua pimpinan sebelumnya, yaitu Joko Widodo atau Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok.
Tahun 2013 di masa kepemimpinan Gubernur Jokowi, Ahmad Riza Patria menyebut, banjir menyebabkan ribuan warga terpaksa mengungsi.
Bahkan, jumlah pengungsian mencapai lebih dari seribu titik.
"Tahun 2013 umpamanya, titik pengungsian ada 1.115," ucapnya, Jumat (19/2/2021).
Baca juga: Pasien Covid-19 Kebanjiran, Dievakuasi Menggunakan APD dan Perahu Karet, Bagaimana Nasib Mereka ?
Kondisi tak jauh berbeda terjadi tahun 2015 lalu, saat Ahok menjabat sebagai orang nomor satu di DKI, jumlah pengungsian ada 337 titik.
Kemudian, semasa kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan, banjir bisa tertangani dengan baik.
Bahkan, pada 2018 lalu tidak ada warga yang sampai harus mengungsi akibat banjir.
Memasuki tahun 2019, banjir kembali menyebabkan warga Jakarta mengungsi.
Namun, jumlahnya tak sebanyak era Jokowi dan Ahok.
"Banjir 2019 ada 13 titik pengungsian dan 2020 ada 70 titik pengungsian. Sementara 2021 sedang kami rekap, sementara ini baru 1-2 titik pengungsian," kata dia.
"Kalau melihat data dari tahun-tahun sebelumnya terjadi penurunan signifikan," tambahnya menjelaskan.
Baca juga: Ikan Cupang Siap Jual Hanyut Terbawa Banjir Kali Cipinang, Waget Kecewa, Rugi Rp 2 Juta
Tak hanya dilihat dari jumlah pengungsi, keberhasilan Anies mengatakan banjir juga terlihat dari jumlah warga yang meninggal karena banjir.
Saat kepemimpinan Gubernur Jokowi pada 2013 lalu, ada 38 warga yang meninggal akibat banjir yang menerjang ibu kota.
Jumlah ini kemudian mengalami penurunan signifikan saat Anies memimpin Jakarta.
"Korban jiwa sebelumnya tahun 2013 ada 38, tapi sampai hari ini terus menurun. 2018 ada 1 jiwa, 2019 2 jiwa, dan 2020 juga dua jiwa, tuturnya.
"Mudah-mudahan tahun 2021 ini tidak ada korban meninggal karena banjir," sambungnya. (tribun network/thf/Tribunnews.com/Wartakotalive.com/TribunJakarta.com)