Cerita Idrus Yana, Perantau yang Merasa Sepi di Hari Pertama Puasa
Menu berbuka Idrus dan Yana cukup varian. Ada lele goreng, ayam goreng, lengkap dengan lalapan dan sambal.
Editor: Hasanudin Aco
Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri (PM) Perhubungan Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik Idul Fitri 1442 H dan Upaya Pengendalian Covid-19 Selama Bulan Ramadhan. Aturan larangan mudik tersebut berlaku mulai 6-17 Mei 2021.
"Kalau saya mengikuti aturan pemerintah saja. Mungkin pemerintah lebih sayang sama masyarakatnya. Supaya tidak membawa penyakit atau engga menyebarkan Covid-19. Aturan itu untuk memutus mata rantai penyakit Covid-19 ini," jelas Idrus.
Rindu pada anak-istri di Majalengka memang dirasakan Idrus yang kini berada di Jakarta. Namun, kata dia, keputusan tidak mudik saat ini adalah keputusan yang tepat.
"Mungkin kita kangen, itu yang jadi bayangan semua orang merantau pasti kalau lebaran penginnya mudik. Tahun kemarin juga kebetulan ada larangan kan. Terus saya memutuskan engga mudik," tutur Idrus.
"Sekarang ini engga mudik lebih sayang, karena situasinya begini," imbuh Idrus.
Berencana Silaturahmi Lewat HP
Idrus mengatakan, biasanya dia pulang ke Majalengka dua bulan sekali. Namun akibat pandemi Covid-19, Idrus mengurungkan niatnya untuk pulang ke Majalengka beberapa waktu terakhir.
"Kalau pulang ke Majalengka sebetulnya ada dua bulan sekali, dua bulan dua kali, kadang-kadang engga pulang. Karena ini keadaannya begini saya engga pulang-pulang," ungkap Idrus.
Meski tidak akan pulang pada lebaran nanti, Idrus tidak berputus asa. Dia berencana menjalin tali silaturahmi dengan handai taulan di kampung melalui video call.
"Besok lebaran mungkin (silaturahmi) lewat hp dulu meskipun engga puas," tutur Idrus.
"Mungkin engga puas gitu, engga salaman, engga ngumpul. Namanya orang di perantauan sudah lama, pengin ngumpul suasana lebaran sama saudara, anak-istri, pasti kangen. Cuma kita ya, aturannya pemerintah begini ya kita ikuti saja. Untuk melindungi keluarga juga kita ini," jelas dia.
Kekecewaan, kata Idrus, tentunya ia rasakan. Momentum lebaran merupakan saat untuk saling memaafkan dan menjalin tali silaturahmi yang sangat berharga bagi Idrus.
"Kalau Idul Fitri itu saling memaafkan juga antara satu sama lain. Sama tetangga, saudara, kan ada kesalahan. Di hari Idul Fitri itu kita kembali ke fitrah, kembali suci, jadi kita saling memaafkan," ujar Idrus.
Namun demikian, lanjut dia, mematuhi peraturan yang diterbitkan pemerintah juga sebuah kewajiban. Utamanya dalam rangka menjaga keluarga di kampung agar terhindar dari bahaya virus Covid-19.
"Mungkin kekecewaan-kekecewaan itu pasti ada. Cuma keadaan dan aturan harus kita patuhi. Juga kan untuk menjaga keluarga dari Covid-19," pungkas Idrus.