Diancam Mau Dibunuh oleh Debt Collector, Dua Anak di Kramat Jati Mengalami Trauma
Tak hanya secara verbal, kedua bocah berinisial GAN (15) dan SSN (15) turut diancam menggunakan sebilah pisau oleh oknum debt collector.
Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gara-gara diancam oleh debt collector, dua orang anak di Kramat Jati, Jakarta Timur mengalami trauma.
Tak hanya secara verbal, kedua bocah berinisial GAN (15) dan SSN (15) turut diancam menggunakan sebilah pisau oleh oknum debt collector.
GAN diancam ditembak kepalanya, sementara SSN ditodong sebilah pisau lalu diancam dibunuh di rumah mereka sendiri kawasan Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur karena masalah utang ibu GAN.
Baca juga: Sempat Jadi Buronan, Bryan Debt Collector yang Bentak Polisi Diringkus di Cikupa Tangerang
Ayah GAN, KO (55) mengatakan putranya dan keponakan perempuannya SSN hingga kini trauma akibat ancaman pembunuhan dilakukan debt collector dari koperasi bank keliling tersebut.
"Trauma. Mereka sekarang kayak orang logak-logok (linglung), ketakutan. Dua anak ini enggak tahu apa-apa," kata KO di Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (2/3/2023).
Trauma yang dialami anak dan keponakanya tersebut membuat KO sebenarnya berharap kedua debt collector yang sempat diamankan di Polsek Kramat Jati dapat diproses hukum.
Namun pertimbangan lamanya waktu untuk memberi keterangan dan tidak memahami prosedur pembuatan laporan kasus, dia mengurungkan niat untuk menempuh jalur hukum.
Sebagai pekerja bangunan yang diupah per hari dia tidak memiliki banyak waktu, sehingga dengan berat hati tidak membuat laporan kasus ancaman pembunuhan dialami GAN dan SSN.
Baca juga: Tak Lagi Galak, Debt Collector yang Bentak Polisi Kaget dan Takut saat Ditangkap
"Pikiran saya kalau diproses bagus, biar renternir yang kurang ajar itu dikasih pelajaran. Tapi saya enggak bikin laporan karena ribet. Saya ini kan orang kerja lepas, menghabiskan waktu," ujar KO.
Setelah kasus ancaman pembunuhan dialami GAN dan SSN berakhir damai, KO hanya bisa berharap kedua pelaku jera sehingga tidak berbuat seenaknya ketika menagih utang.
Sementara masalah sisa utang sang istri yang angsurannya tersisa sekitar Rp500 ribu, KO memastikan akan membayar utang tersebut hingga lunas agar tidak kasus serupa.
"Punya utang kan wajib bayar, saya tanggung jawab bayar. Utang per minggunya angsuran Rp195 ribu, mereka datang menagih setiap hari Selasa. Tapi jangan libatkan anak," tutur KO.
Sebelumnya kasus ancaman pembunuhan bermula pada Selasa (21/2) pagi ketika dua debt collector bank keliling datang ke rumah korban untuk menagih cicilan utang sesuai tenggat waktu.
KO awalnya sempat bingung lantaran tidak mengetahui bahwa sang istri sudah berutang kepada bank keliling sebanyak Rp1,2 juta, dan kini cicilan angsurannya tersisa sekitar Rp 500 ribu.